KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman
ini.
Laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan
Tanaman ini memuat semua materi praktikum Perlindungan Tanaman selama satu
semester di mana dalam satu semester tersebut di lakukan beberapa kali praktikum,
dan setiap mahasiswa di wajibkan untuk membuat laporan praktikum sebagai
pelengkap.
Penulisan Laporan Praktikum Dasar -
Dasar Perlindungan Tanaman ini telah di usahakan semaksimal mungkin. Namun
karena keterbatasan waktu masih banyak kesalahan dan ke kurangan dalam
penulisan Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman ini, maka penulis mengucapkan
mohon maaf sebesar – besarnya.
Semoga Laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan para pembacanya dan menjadi .
Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih atas bantuan dan bimbingan dari Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si
dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si selaku dosen
dan Muhammad Triono selaku asisten dosen dari mata kuliah Praktikum Dasar -
Dasar Perlindungan Tanaman, yang telah memberikan pengetahun – pengetahuan baru
tentang pengendalian tanaman dan membantu dalam menjalankan Praktikum
Perlindungan Tanaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktikum
Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini.
Jakarta, Juni 2010
( Machdum Umaraya )
PENGENALAN FILUM-FILUM
HAMA DAN MORFOLOGI SERANGGA
Tujuan
- Mempelajari dan
mengetahui filum –filum dari dunia binatang yang berperan sebagai hama.
- Mengetahui
serangga secara morfologi
Dasar Teori
Hama adalah organisme pengganggu
tanaman (OPT) yang berupa hewan atau binatang yang menyerang tanaman pertanian.
Menurut Borror (1970), dunia binatang digolongkan menjadi 14 filum. Dari filum
– filum tersebut yang anggotanya banyak berperan sebagai hama tanaman adlah
dari filum Nemathelminthes, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata. Salah satu
anggota filum Arthropoda yang mempunyai anggota terbanyak adalah kelas Insekta.(serangga).
Oleh karena itu, penekanan pembahasan tentang hama hanya dilakukan pada kelas
serangga, di samping tiga filum lainnya. Namun demikian perlu diketahui bahwa
tidak semua serangga berperan sebagai
hama. Sebagian serangga yang berperan positif bagi manusia, yaitu
sebagai serangga musuh alami, penyerbuk, penghasil madu, penghasil bahan
pakaian dan sebagainya.
Filum Nemathelminthes
Anggota filum ini yang berperan
sebagai hama adalah anggota kelas nematoda. Nematoda berukuran sangat kecil,
berbentuk silindris memanjang, bilateral simetris dan tidak bersegmen. Lapisan
terluar berupa kutikula yang lenturdan transparan berfungsi sebagai pelindung
dan memudahkan bergerak. Kelas nematoda tidak semuanya berperan sebagai hama, sebab nematoda ada yang
bersifat parasitik dan non parasitik. Pada nematoda parasitik disebelah
anteriornya terdapat stylet yang berfungsi untuk menusuk dan melukai jaringan
tanaman, sedangkan nematoda non parasitik (saprofag) tidak mempunyai stylet.
Filum Molusca
Molusca atau binatang lunak ada yang
mempunyai cangkang, ada pula yang tidak mempunyai cangkang. Achatina fullica
atau bekicot adalah salah satu anggota molusca yang termasuk kelas Gastropoda
(gastron = perut; poda = kaki) yang banyak dijumpai menyerang tanaman.Bekicot
mempunyai dua pasang sungut yaitu sepasang sungut anterior yang berperan
sebagai alat peraba, dan sepasang sungut posterior yang berperan sebagai mata.
Dibawah sungut anterior terdapat mulut yang mempunyai gigi parut yang disebut
radula.
Filum Arthropoda
Ciri - ciri filum Arthropoda adalah
tubuh dan kaki beruas – ruas, tubuh terbagi dua atau tiga bagian, alat tambahan
beruas – ruas,dan berpasangan , dinding tubuh sebelah luar berupa skeleton yang
secara periodik dilepas dan diperbaharui kembali. Filum ini yang berperan
sebagai hama adalah dari kelas Insekta dan Arachnida.
Tabel 1. Perbedaan anggota tubuh antara Insekta
dan Arachnida
Metamorfose
|
Stadia hidup
|
|||
Ametabola / ametamorfosis
|
Telur
|
Muda
|
Dewasa/imago
|
|
Hemimetabol/sederhana
|
Telur
|
Nimfa
|
Dewasa
|
|
Holometabola/sempurna
|
Telur
|
Larva
|
Pupa/kepompong
|
Dewasa
|
Filum Chordata
Anggota filum ini yang berperan
sebagai hama adalah kelas Mamalia. Beberapa anggotanya yang penting adalah
kera, babi hutan, beruang, musang dan binatang pengerat. Binatang pengerat
(ordo Rodentia) merupakan hama yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada
tanaman pertanian
Pengenalan Filum
– Filum Hama
Bahan
·
Spesimen Nematoda
parasitik dan non parasitik
·
Spesimen Achatina
fullica
·
Spesimen Valanga
nigricornis
·
Spesimen Tetranicus
birnaculatus
·
Spesimen Mus
ratus diardi
Alat
mikroskop dan jenis –
jenis hama
Cara Kerja
Untuk preparat filum Nemathelminthes
amatilah di bawah mikroskop bentuk tubuh nematoda parasit. Usahakan untuk dapat
melihat styletnya. Gambarlah bentuk tubuh nematoda tersebut. Sebagai catatan,
nematoda mempunyai bentuk tubuh (pose tubuh) yang bermacam – macam tergantung
jenisnya.Untuk preparat filum Arthropoda , amatilah Untuk preparat filum Molusca
, amatilah jumlah sungut siput. Sungut siput berjumlah dua pasang. Sepasang
sungut anterior digunakan sebagai peraba dan sepasang sungut posterior yang
digunakan untuk melihat. Amati pula kaki perut dan gerakannya. Gambarlah
preparat siput.Untuk preparat filum Chordata amatilah preparat tikus atau tupai
atau landak. Perhatikan telapak kaki, gigi pengerat dan ekornya. Gambarlah
preparat ini dengan jelas.
Mengetahui Morfologi
Serangga
Bahan
- Belalang kayu
- Kepala belalang
kayu untuk melihat antena, mata
majemuk dan perangkat alat mulut
- Toraks belalang
kayu untuk melihat jumlah ruas, sayap dan kaki.
- Abdomen belalang
kayu utuk melihat perangkat alat kelamin dan spirakel.
Cara Kerja
1. Mengamati tubuh serangga secara lengkap. Mendeskripsikan
dengan teliti, daerah kepala, thoraks, dan abdomen.
2. Memperhatikan dengan teliti daerah kepala ,:
3. Memperhatikan secara seksama daerah toraks,:
4. Memperhatikan dengan seksama daerah abdomen:
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Beberapa fillum yang banyak berperan sebagai hama
seperti nemathelminthes, mollusca, arthropoda, dan chordata diamati lewat
beberapa contoh binatang yang sudah diawetkan.
Ø Untuk fillum nemathelminthes diwakili oleh kelas
nematoda, binatang yang diamati adalah cacing
Ø Untuk fillum mollusca diwakili oleh kelas
Gastropoda, binatang yang diamati yaitu bekicot.
Ø Untuk filum arthropoda diwakili oleh dua kelas
yaitu kelas insekta dan kelas arachnida, binatang yang
diamati adalah capung
Ø Untuk fillum Chordata diwakili oleh kelas mamalia,
binatang yang diamati adalah babi.
Semua binatang yag diamati digambar dan diberi
keterangan sesuai dengan bagian yang ada di buku penuntun.
Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan
bahwa ada beberapa fillum yang berperan sebagai hama yaitu : fillum
Nemathelminthes, fillum molusca, fillum Arthropoda, dan fillum Chordata. Dari fillum arthropoda
yang paling banyak berperan sebagai hama adalah dari kelas insekta (serangga). Morfologi serangga jika
dilihat tubuhnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Untuk bagian caput
(kepala) hal yang perlu diamati
adalah antena, mata, dan perangkat alat mulut. Untuk bagian toraks (dada) yang perlu
diperhatikan adalah bagian sayap, ruas, dan kaki. Sedangkan untuk bagian
abdomen (badan) yang perlu diperhatikan adalah bagian perangkat alat kelamin dan spirakel.
Dari beberapa hal yang diperhatikan dapat diketahui bahwa binatang tersebut
adalah termasuk kelas insekta (serangga). Dari ciri – ciri di atas serangga
dapat pula ditentukan ordo dari serangga tersebut. Serangga yang menjadi hama
dibedakan menjadi 10 ordo.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
PENGENALAN ORDO
DAN PERTUMBUHAN SERANGGA
Tujuan
- Mengetahui ordo
dan tipe metamorfosis serangga
- Memahami
hubungan tipe alat mulut dan tanda serangan pada tanaman
Dasar teori
Terdapat berbagai serangga yang
berperan sebagai hama. Sebagian besar adalah pemakan tumbuhan (herbivore atau
fitofagus). Sementara sebagian binatang yang lain berperan sebagai peminum
darah organisme lain seperti burung, menyusui dan manusia. Selain dapat menyebabkan
kerusakan yang bersifat langsung, beberapa jenis serangga menularkan penyakit
tertentu pada tanaman, binatang dan manusia. Pada praktikum ini hanya akan
dibahas 10 ordo serangga atau kelas Insekta yang berkaitan erat dengan perannya
sebagai hama tanaman dan musuh alami hama.
Ordo Coleoptera
Anggota coleoptera dikenal dengan nama
kumbang. Ordo ini beranggota paling banyak dibandingkan dengan odo – ordo lain
dalam kelas serangga. Dalam ekosistem pertanian, peranannya meliputi hama,
pemangsa, dan parasitoid. Ciri khusus coleoptera terletak pada sayap depannya
yang mengeras dan patah apabila ditekuk. Sayap ini lebih mirip perisai
(elitra). Elitra digunakan sebagai pelidung sayap belakang yang lebih lebar dan
digunakan sebagai alat terbang. Alat mulut coleoptera dewasa dan larva bertipe
pengunyah dan metamorfosisnya sempurna.
Ordo Orthoptera
Ordo ini meliputi belalang, jangkrik,
kecoa dan anjing tanah (orong – orong). Hampir semua ordo ini berperan sebagai
hama. Namun salah satu familinya yaitu Mantidae berperan sebagai pemangsa. Ciri
khusus pada ordo ini adalah sayap depannya yang mengeras yang disebut tegmina.
Orthoptera mempunyai alat mulut yang bertipe pengunyah dengan metamorfosis
sederhana.
Ordo Isoptera
Anggota ordo ini disebut rayap atau
laron (yang bersayap). Rayap hidup berkoloni dan terbagi menjadi kasta-kasta
sosial. Laron mempunyai dua pasang sayap yang sama bentuk dan ukurannya., dan
bertipe pengigit dan pengunyah. Metamorfosis isoptera adalah sederhana. Rayap
merupakan hama penting yang merusak akar tanaman. Keistimewaan ordo ini adalah
dapat mengkonsumsi kayu karena di dalam ususnya terdapat protozoa pemecah kayu.
Ordo Homoptera
Ordo ini meliputi wereng, tonggeret,
dan kutu – kutuan. Anggota ordo ini semuanya berperan sebagai hama tanaman.
Sama dengan hemiptera , tipe alat mulutnya pencucuk penghisap. Metamorfosis
sederhana. Kedua pasang sayap homoptera bertipe membranus dan bertekstur sama.
Ordo Hemiptera
Ordo ini meliputi kepik dan kepinding.
Sebagian besar anggotanya berperan sebagai hama, walaupun beberapa diantaranya
berpera sebagai pemangsa dan pengisap darah. Ciri khusus heiptera terleta pada
sayap depannya yang terbagi menjadi dua daerah yaitu bagian pangkal yang
menebal dan bagian ujung yang bersifat membranus (hemelitra). Hemiptera
mempunyai alat mulut bertipe pencucuk
pengisap dan metamorfosisnya sederhana.
Ordo Lepidoptera
Anggotanya sering disebut kupu – kupu
dan ngengat. Kupu – kupu sering dijumpai aktif pad siang hari sedangkan ngengat
lebih sering dijumpai pada malam hari. Larva kupu –kupu dan ngengat sering
disebut dengan ulat dan merupakan hama yang paling sering menimbulkan
kerusakan. Sayap Lepidoptera dua pasang dan dicirikan dengan adanya sisik
(scale) yang merupakan penyusun warna – warna indah pada sayapnya. Sisik ini
akan terlepas apabila tersentuh sehingga warnanya akan menghilang. Alat mulut
dewasa bersifat penghisap dan berbentuk belalai yang sering disebut dengan
proboscis. Sementara alat mulut ulat bertipe pengunyah dengan metamorfosis
Lepidoptera tergolong sempurna.
Ordo Thysanoptera
Ordo ini sering diistilahkan dengan trips. Bentuk
tubuhnya ramping panjang dan biasanya berwarna hitam mengkilat. Trips mempunyai
cirri khusus berupa sayap yang sempit dan berumbai – umbai pada pinggirnya.
Tipe alat mulut thysanoptera adalah pencucuk pengisap (lebih tepatnya pemarut),
dan metamorfosisnya sederhana.
Ordo Odonata
Ordo ini mempunyai anggota yang sering
disebut dengan nama capung. Semua anggota odonata berperan sebagai pemangsa
serangga lain, baik serangga dewasa maupun nimfanya yang hidup di dalam air.
Kepala capung relatif besar dan sebagian besar dipenuhi oleh mata majemuk yang
besar. Antenanya kecil pendek. Sayapnya dua pasang dan bervena banyak.
Abdomennya ramping dan mudah ditekuk. Kaki - kakinya termodifikasi menjadi alat
penangkap mangsa. Alat mulutnya bertipe pengunyah dengan metamorfosis
sederhana.
Ordo Diptera
Ordo ini meliputi lalat dan nyamuk.
Namun demikian ada beberapa famili anggota ordo diptera yang berperan sebagai
pemangsa dan parasitoid. Sayap diptera dua pasang sayap belakang mereduksi
berubah bentuk menjadi halter sebagai alat keseimbangan. Alat mulut diptera ada
yang bertipe penjilat dan pencucuk pengisap. Metamorfosis diptera bersifat
sempurna.
Ordo Hymenoptera
Anggotanya meliputi lebah tawon dan semut. Hymenoptera mempunyai
anggota yang paling penting bagi manusia. Sebagian besar berperan sebagai
pemangsa, sebagian lagi berperan sebagai parasitoid. Banyak pula anggota hymenoptera
yang berperan sebagai penyerbuk dan penghasil madu. Beberapa famili mempunyai
alat mulut bertipe pengunyah, namun pada bentuk yang lebih modern , labium dan
maksila berkembang menjadi alat pengisap dan metamorfosisnya sempurna.
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan mengamati ordo
– ordo pada serangga yang berperan sebagai hama, ada 10 ordo yang berperan
sebagai hama. Pengamatan dilakukan pada 10 ordo tersebut dengan
mengkalsifikasikan tipe metamorfosis dan tipe alat mulut yang bisa dijadikan
acuan untuk cara pengendalian yang tepat pada hama tersebut. Tiap – tiap ordo
diwakili oleh satu contoh serangga.
Contoh serangga yang ada adalah berdasarkan serangga yang sudah
diawetkan. Serangga – serangga tersebut adalah kumbang (Coleoptera), belalang
(Orthoptera), rayap/laron (Isoptera), wereng (Homoptera), kepik (Hemiptera), kupu – kupu
(Lepidoptera), thrips (Thysanoptera), capung (Odonata), lalat buah (Diptera),
lebah (Hymenoptera).
Dari
pengamatan tersebut didapatkan bahwa :
- Ordo Coleoptera
metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
- Ordo Orthoptera
metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
- Ordo Isoptera
metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah penggigit pengunyah
- Ordo Homoptera
metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap.
- Ordo Hemiptera
metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap
- Ordo Lepidoptera
metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah
- Ordo
Thysanoptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk
pengisap
- Ordo Odonata
metamorfosisnya sederhana, Odonata tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
- Ordo Diptera
metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah penjilat dan pencucuk
penghisap
- Ordo Hymenoptera
metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah namun pada
bentuk yang lebih modern labium berubah menjadi alat pengisap
Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan
bahwa ada 10 ordo serangga yang berperan sebagai hama. Namun untuk mengetahui
kapan dan bagaimana hama menyerang diperlukan pengetahuan tentang tipe
metamorfosis dan tipe alat mulut serangga. 10 ordo serangga itu adalah:
Metamorfosis
- Ordo Coleoptera,
Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera metamorfosisnya sempurna.
- Ordo Orthoptera,
Homoptera, Isoptera, Hemiptera, Thysanoptera, Odonata, metamorfosisnya
sederhana.
Tipe alat mulut:
- Ordo Coleoptera,
Orthoptera, Lepidoptera, Odonata tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
- Ordo Isoptera
tipe alat mulutnya adalah penggigit pengunyah.
- Ordo Homoptera,
Hemiptera, Thysanoptera, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap.
- Ordo Diptera
tipe alat mulutnya adalah penjilat dan pencucuk penghisap.
- Ordo Hymenoptera
tipe alat mulutnya adalah pengunyah namun pada bentuk yang lebih modern
labium berubah menjadi alat pengisap.
Daftar Pustaka
v Ir. Rahmat Rukmana, dan Uu. Sugandi Saputra B. Sc,
“ Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliannya ”Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1997.
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
v Dasar – dasar Perlindungan Tanaman, Fakultas
Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2003.
PENGENALAN MUSUH ALAMI HAMA
Tujuan
Mengetahui musuh alami yang
berperan menekan populasi hama di lapangan
Dasar Teori
Usaha pengendalian hama di
lapangan menggunakan beberapa teknik secara fisik, kultur teknis, kimia, dan
pengolaan hama secara terpadu. Pengendalian secara bioloigis biasanya dengan
menggunakan musuh alami dari hama yang terdapat di alam.
Pada sistem pertanian
yang belum tersentuh teknologi konvensional sehingga semua bentuk bahan
agrokimia tidak digunakan sama sekali, maka petani akan menggunkan berbagai
macam cara baik langsung maupun sacara tidak langsung untuk melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit.
Faktor yang cukup
penting dalam metode tradisional perlindungan tanaman adalah memanfaatkan
prilaku hama, dengan demikian perkembangan dapat dihambat dan mengurangi
kemungkinan hama menyerang tanaman utama. Perlindungan selanjtnya dengan
memanfaatkan peranan musuh alami.
Musuh alami adalah
organism hidup yang memangsa atau menumpang atau dalam hama dan dianggap
sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam. Musuh alami di bedakan menjadi
tiga golongan :
- Predator
- Parasitoid
- Patogen
Predator
atau pemangsa adalah binatang yang memangsa hama contohnya dari golongan
mamalia, reptilian, aves, mollusca, dan insect.
Parasitoid adalah serangga (binatang) yang menumpang hidup pada atau didalam
tubuh hama dan menghisap cairan tubuh tersebur untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya contohnya dari ordo hymenoptera dan dipteral.
Patogen
atau penyakit adalah mikroorgnisme yang menyebabkan penyakit pada hama,
contohnya adalah bakteri, jamur, virus, ricketsia, protozoa, dan nematode.
Bahan
1.
Spesimen ordo coleoptera
2.
Spesimen ordo diptera
3.
Spesimen ordo hymenoptera
4.
Spesimen ordo hemiptera
5.
Spesimen jamur
6.
Spesimen ordo bakteri
Alat
1.
Alat tulis untuk menggambar
2.
Lup
Cara Kerja
1.
Gambarlah spesimen yang
tersedia secara lengkap dan perhatikan cirri – cirinya
2.
Berikan keterangan secara
singkat pada gambar
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Hama merupakan penganggu
tanaman budidaya di mana dengan adanya hama dapat mengurangi produksi sebuah
tanaman budidaya, banyak hal yang dapat di gunakan untuk mengurangi populasi
hama salah satunya pengendalian secara kimiawi yang cukup berhasil untuk
mengendalikan antara lain insektisida dengan bahan aktif Dimethoate, Alfametrin,
Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun, Tiametoksam disiramkan
melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa pengenceran dan Imidakloprid
yang dioleskan (saput) pada batang, selaintu juga dapat digunakan metode pengamatan
dapat dilakukan melalui pencarian serangga secara langsung pada (cara visual)
atau dengan menggunakan alat perangkap kuning (yellow trapp) dan terakhir
adalah dengan menyebar musuh alami dari hama yang telah di sediakan oleh alam
untuk mengontrol populasi hama dan menjaga ekosistem di alam.
Kesimpulan
Pemberantasan haman dengan menggunakan cara kimiawi dapat merusak
tanah karena pestisida yang diberikan mempunyai nilai residu dan mengendap dalam
tanah sehingga dapat membunuh mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman.
Untuk menjaga ekosistem dan menjaga kesuburan tanah metode yang dapat digunakan
adalah dengan memasang perangkap dan menyebar musuh alami dari hama yang
menyerang. Musuh alami antara lain adalah predartor adalah pemangsa yang besar
tubuhnya lebih besar di banding mangsanya, patogen adalah penyakit yang dapat
menyerang hama sehingga hama mati dan terakhir adalah parasit yang menumpang
hidup pada hama. Cara ini memang tidak memberikan hasil yang cepat di banding
dengan menggunakan cairan kimia namun cara ini lebih baik untuk menjaga
kesuburan tanah.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
NEMATODA
Tujuan
1.
Mengetahui
beberapa nematoda yang hidup di berbagai tanaman pangan
2.
Mengetahui
cara-cara mengurangi atau memberantas nematoda
Dasar Teori
Nematoda ialah binatang melata yang
berbentuk bulat, tidak bersegmen atau beruas-ruas dengan ukuran yang sangat
kecil sekitar 0,5 – 2,0 mm panjangnya dan 0,01 – 0,5 mm lebarnya, jenis-jenis
tertentu ada yang mencapai 0,04 – 0,3 cm. hidupnya parasit yang tergantunga
pada inang yang hidup, agar bisa melangsungkan kehidupan serta perkembangbiakkannya.
Umumnya nematoda berada pada tanah
tetapi ada juga yang hidup dalam air, karena kecilnya bisa menyerang
keseluruhan bagian tanaman mulai akar samapai bunga dan buah dengan menggunakan
stylet. Alat tersebut berguna untuk menusuk dan menghisap cairan sel tanaman,
akibatnya tanaman akan timbul gejala penyakit. Sehingga nematoda merupakan
parasit yang menimbulkan permasalahan bagi tanaman yang dibudidayakan, maka
dibentuklah perhimpunan ahli yang khusus menangani permasalahan akibat nematoda
dan dikenal dengan sebutan fitonematologi diseluruh dunia.
Penggolongan nematoda berdasarkan cara memakan
tanaman
A. Ektoparasit
Nematoda jenis ini tidak masuk dalam jaringan
tetapi hanya menusuk dan menghisap cairan sel dari luar epidermis. Contoh :
trichodurus (stubby root) yang menbyerang tanaman jenis sayur-sayuran
B. Migratory
endoparasit
Nematoda yang masuk dalam jaringan tanaman dan
keluar lagi serta waktu-waktu tertentu kembali masuk lagi. Cotoh : radopholus
simillis (burrowing nematoda) menyebabkan Lession atau luka pada akar tanaman
jeruk, pisang dan tebu.
C. Sedentary
endoparasit
Nematoda yang memasuki jaringan tanaman dan
menetap padqa jaringan sampai siklus hidupnya. Contoh : meloidogyne (rootknot nematoda)
penyebab gall pada tanaman pisang, kacang-kacangan, jagung, tomat, papaya, dan
tebu.
D. Semi-endoparasit
Nematoda yang memasuki jaringan hanya setengah
tubuhnya dan setengahnya berada diluar jaringan tanaman. Contoh : tylencus
penetrans pada akar tanaman jeruk.
Gejala-gejala yang ditimbulkan nematoda parasit
adalah sama dengan serangga penusuk dan penghisap, karena sama-sama menusuk dan
menghisap cairan makanan dari dalam sel makanan. Cairan makanan dari dalam sel
tanaman. Gejal-gejala yang timbul akibat serangan disebabkan nematoda, pada
tanaman, antara lain : bagian akar yang terjadi pembengkakkan (gall) oleh
meloidogyne sp. Kerdil (stunting), layu (wilting), bercak daun (leaf spot), dan
necrose lesions ( luka nekrotik) pada akar dan cabang akar. Juga puru /
benjolan – benjolan di akar (rootknot nematodas) dan oleh heterodera sp. Yang
menyebabkan tersumabatnya aliran air pengangkut zat –zat makanan pada kentang
dan tomat.
Pengendalian nematoda
Nematoda tidak saja merupakan mikroorganisme
perusak langsung tanaman tetapi juga
berakibat mendatangkan penyakit lainnya. Nematoda juga bisa bertindak sebagai
vector virus tanaman yang efektif, seperti seekor nematoda trichodurus
pachydermus mampu menorehkan TRV ke lebih dari 1 tanaman nicotiana rustica.
Berdasarkan hal ersebut maka pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
1. Fisik
cara ini dilakukan dengan penggenangan,
keberhasilan cara ini pernah diteliti oleh Hollis (1966) untuk menurunkan
populasi nematoda pada tanaman padi dan berhasil sampai 40 – 100 %.
2. Kultur Teknik
menggilir tanamn merupakan cara praktis di dalam
pengendalian nematoda, hanya saja diperlukan waktu yang sangat lama. Seperti di
negara belanda, untuk pengendalian H.rostochieniensis. diperlukan waktu 4 tahun
untuk pergiliran tanaman bahkan 5 tahun di Negara inggris.\
3. Kimia
menggunakan bahan – bahan kimia yang dinamakan
nematisida, seperti nemagon 75EC, oestation 40EC (trizophoz) temik 10G dan lain
– lain.
4. Biologi
memanfaatkan hewan parasit dan predator sebagai
musuh alami nematoda, seperti dobosogia penetrans, merupakan parasit dan monocrosporium
deedycoides yang merupakan predator serta masih banyak parasit dan predator
lainnya.
5. Perlakuan Panas
cara ini dilakukan dengan memberikan suhu tanah
berupa uap panas atau air panas sampai
40 – 60 oC selama 30 menit yang sangat sesuai diterapkan dalam pembibitan
tanaman. Cara lain adalah pencelupan akar pada air panas dengan lebih kurang 50
o C selama 30 menit.
6. Integrasi
cara ini dilakukan dengan memfungsikan 2 cara atau
lebih dari cara yang sudah ada, maka hasil yang didapatkan lebih efektif. Jika
disebutkan di atas bahwa cara rotasi tanaman membutuhkan 4 tahun maka apabila dibarengi dengan
pemberian bahan kimia.akan mempercepat pengendalian tersebut.
Alat dan bahan
v Tanah yang diambil dari sekitar tanaman pangan, jagung dan ubi
v Gelas ukur
v Air
v Mikroskop
v Pipet
Cara kerja
v Mengambil tanah di sekitar tanaman sebanyak 500
gram dan mencampur dengan 1 liter air
dan diaduk.
v Menyaring dengan menggunakan kertas saring.
v Melihat di mikroskop Air tanah hasil saringan kita
dengan mengambil 1-3 tetes air.
Pengamatan
v Gambarkan nematoda dan pemberi penjelasan
v Tentukan jenis kelamin nematoda tersebut
v Hitung jumlah nematoda dalam setiap tetes air
tanah
v Dari beberapa contoh tanah amati tanaman pangan
yang mana yang banyak mengandung nematoda.
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Pada praktikum kali ini tanah yang digunakan
untuk diamati adalah tanah disekitar tanaman jagung dan
ubi jalar Tanah di sekitar tanaman jagung dan ubi jalar di ambil
sekitar segenggam tangan. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas
piala, lalu diberi air sekitar 100ml. Tanah tersebut diaduk dan didiamkan
sekitar 10 menit.
Setelah tanah mengendap ambil air dengan menggunakan
piprt kemudian letakkan pada kaca preparat dan amati apakah ada nematode, pada
praktikum kali ini hanya di dapatkan 2 nematoda pada contoh tanah yang di ambil
pada tanaman jagung edangkan pada contoh tanah pada tanaman ubi jalar tidak di
temukkan nematode.
Untuk menanggulangi serangan nematode dapat di lakukan
bebrapa hal di antaranya dengan membalik
tanah dan dikeringkan, flooding, lahan dibanjiri air selama beberapa waktu,
pengendalian kultur teknik, trapcrop : tanaman
penarik nematoda (ex: clotalaria sp.), pengendalian secara kimia, dengan nematisida
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini hanya di temukan 2 nematoda pada tanaman
jagung sedangkan pada tanaman ubi jalar tidak di temukan sama sekali nematoda,
hal ini terjadi mungkin karena memang benar – benar tidak adanya nematoda pada
tanamana tersebut atau faktor ketelitian dan keberuntungan yang mempengaruhi
keberhasilan sebuah pengamatan..
Untuk pengendalian nematoda ada
beberapa cara, yaitu secara fisik, kultur tehnik, kimia, biologi, perlakuan
panas, dan integrasi. Dan pada petani biasa di indonesia kebanyakan memilih
dengan pengendalian secar fisik, dan kimia. Pengendalian secara fisik digunakan
karena cara ini tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah dilakukan petani.
Sedangkan cara kimia digunakan karena bersifat praktis walaupun memerlukan
biaya dan beresiko tinggi bila dosis yang di gunakan
berlebih karena dapat membunuh mikroorganisme yang bermanfaat untuk tanaman.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
Pengenalan Pestisida Nabati
(biopestisida)
Tujuan
Mengetahui
dan mengenal bermacam-macam jenis tanaman yang berpotensi sebagai pestisida
nabati.
Dasar Teori
Masalah
yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tanaman dewasa ini dirasakan lebih
besar dibandingkan waktu sebelumnya. Hal ini berkaitan erat dengan usaha
peningkatan produksi pangan.
Aplikasi
pestisida kimia untuk mengendalikan Organisme Penggangu Tanaman sangat pesat
perkembangannya tanpa melihat cara lain yang lebih bermanfaat.
Pada
saat ini banyak orang menyadari tentang bahaya penggunaan pestisida kimia dalam
pertanian. Dengan pestisida kimia tersebut justru mengakibatkan munculnya
biotipe hama yang baru dan kebal (resurgensi), matinya serangga-serangga yang
membantu petani, pencemaran lingkungan dan menimbulkan bahaya keracunan
pestisida. Dalam pertanian tradisional dahulu telah dilakukan pula pengendalian
hama dan penyakit tanaman secara alamiah, petani telah mengenal jenis-jenis
tumbuhan tertentu yang dapat digunakan untuk menekan populasi hama dan penyakit
tanaman.
Pada
hakikatnya hal tersebut pada saat ini masih diperlukan untuk itu, kita harus
mengusahakannya kembali tetapi dipadukan dengan cara modern sehingga dapat
diperoleh hasil yang memuaskan.
Adapun
manfaat/keunggulan dari pestisida organik ini adalah :
- Daya kerjanya
selektif, hanya mematikan jenis-jenis serangga tertentu sehingga
keseimbangan alam tetap terjaga
- Residu cepat
terurai sehingga tidak meracuni hasil pertanian
- Tidak
mengakibatkan pencemaran air, tanha maupun udara
- Serangga-serangga
berguna (predatror dan parasit hama) tidak ikut musnah
- Tidak
menimbulkan kekebalan pada serangga hama
- Murah karena
bahan dapat dibuat dari sumber daya yang ada disekitar dan dapat dibuat
sendiri oleh petani
- Pada umumnya
berupa racun perut sehingga tidak berbahaya bagi petani yang
mengaplikasikannya (tidak meracuni kalau tidak sengaja meminumnya)
Oleh
karena itu, pemanfaatan pestisida
organik (nabati) layak untuk dikembangkan sebagai pengganti pestisida sintetik
karena mudah terurai, bersifat spesifik, residu cepat hilang, dan tidak
menyebabkan resistensi hama dan penyakit (Oka,1993).
Bahan danAlat
- Bawang putih
- Kulit jeruk
- Rimpang jeringau
- Daun sirsak
- Sabun
colek/detergen
- Air
- Minyak sayur
- Penggerus/blender
- Sendok
- Timbangan
Cara Kerja
a)
Biopestisida Untuk Hama
Wereng Cokelat
v Blender 100 gram bawang putih, dan 2 sendok the
minyak sayur hingga semua bahan menyatu
v Blender kulit jeruk 200 gram dan air
setelah di blender tambahkan air sebanyak 1.000 ml dan tambahkan H2SO4
sebanyak 100 cc
v Blender 1 genggam daun sirsak,
rimpang jeringau, 20 siung bawang putih, sabun colek 20 gram dan air kemudian
encerkan konsentrasi dengan menggunakan air sebanyak 20 liter
b)
Biopestisida Untuk
Belalang dan Ulat
v Daun sirsak 50 lembar, daun
tembakau satu genggam, detergen 20 gram tumbuk hingga bahan – bahan tercampur
kemudian larutkan dalam air sebanayak 20 liter
Hasil dan Pembahasan
Hama merupakan hewan pengganggu
tanaman budidaya dan dapat mengurangi hasil produksi tanaman budidaya namun hama
dapat di tanggulangi dengan banyak cara di antaranya adalah :
v Pengendalian fisik
Yaitu dengan cara
merendam benih dengan hangat
v Penghendalian mekanik
Yaitu dengan cara
pengamatan dan mengambil hama satu persatu pada setiap tanaman yang telah di
serang hama
v Pengendalian kultur teknik : dengan cara penggunaan benih kualitas unggul
yang tahan akan serangga hama dan penyakit
v Pengendalian kimia : dengan penggunaan pestisida kimiawi
v Pengendalian hayati : dengan cara pengendalian parasit yang merupakan musuh alamidari hama
v Pengendalian hama dan penyakit terpadu : Yaitu dengan cara menggunakan
mulsa untuk mencegah pertumbuhan rumput, di karenakan rumput sering di
gunakan hama sebagai tempat telurnya.
Dari berbagai cara
pengendalain hama di atas cara pengendalain yang paling cepat adalah dengan
menggunakan pestisida alami namun pestisida alami mempunyai nilai residu dan
mengandap dalam tanah dan akan membunuh mikroorganisme yang di butuhkan oleh
tanaman sedangkan cara yang pengendalian yang lain banayak memakan waktu,
tenaga, dan biaya.
Saat
ini telah di kembangkan pestisida alami
yang sering di sebut biopestisida, sebenarnya biopestisida telah di temukan
sejak lama namun pada saat ini telah di kembangkan, dan pada praktikum kali ini
di buat dua biopestisida yaitu :
Biopestisida Untuk Hama Wereng Cokelat
v Blender 100 gram bawang putih, dan 2 sendok the
minyak sayur hingga semua bahan menyatu
v Blender kulit jeruk 200 gram dan
air setelah di blender tambahkan air sebanyak 1.000 ml dan tambahkan H2SO4
sebanyak 100 cc
v Blender 1 genggam daun sirsak,
rimpang jeringau, 20 siung bawang putih, sabun colek 20 gram dan air kemudian
encerkan konsentrasi dengan menggunakan air sebanyak 20 lite
Biopestisida Untuk Belalang dan Ulat
v Daun sirsak 50 lembar, daun
tembakau satu genggam, detergen 20 gram tumbuk hingga bahan – bahan tercampur
kemudian larutkan dalam air sebanayak 20 liter
Penggunaan sabun di
sini di amksudkan untuk mengikat zat – zat yang ada dalam biopestisida, sabun
memang memiliki nilai residu namun hanya sedikit di bandingkan dengan pestisida
yang memiliki nilai residu yang sangat besar. Penguunaan biopestsida selain ramah
lingkungan juga sangat hemat biaya karena bahan – bahan yang di gunakan
merupakan bahan – bahan yang mudah di dapat dari alam. Setelah pembuatan
biopestisaida selesai maka selanjutnya adalah pengaplikasian biopestiosida di
lahan namun sebelum di aplikasikan di lahan sebaiknya biopestisida di encerkan
atau di larutkan dengan air
Kesimpulan
Dari pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa banyak bahan alami
yang dapat di gunakan untuk bahan pembuatan biopestisida dan pada praktikum
kali ini hanya sebagian kecil bahan yang di gunakan seperti kulit jeruk, sabun
colek, rimpang jeringau, bawang putih, daun tembakau, dan daun sirsak.
Pencampuran antara bahan – bahan tersebut akan menghasilkan biopestisida yang
berbeda penggunaannya untuk jenis hama yang menyerang. Ternyata bukan hanya
dari bau yang menyengat yang di hasilkan dari biopestisida yang menyebabkan
hama tidak menganggu tanaman budidaya
namun karena bahan – bahan tersebut mengandung zat – zat yang membuat
hama tidak nyaman.
Selain penggunaan biopestisida ada juga cara lain untuk
mengusir hama pada tanaman budidaya yaitu dengan menggunakan biji lerak, serbuk
gergaji, susu sapi dan tepung terigu. Biji lerak mempunyai bau yang khas
sehingga kutu enggan untuk berkembang pada tanaman budidaya yang di letakkan
biji lerak pengaplikasin biji lerak sama
dengan penggunaan kamper, serbuk gergaji membuat keong sulit untuk bergerak
karena keong bergerak dengan radula yang berlendir, susu sapi dapat membunuh
cendawan dan yang terakhir adalah penggunaan tepung terigu di mana epung terigu
dapat penghambat pernapasan ulat sehingga ulat mati cara pengaplikasinnya
adalah dengan menaburkan tepung terigu pada tanaman budidaya yang terserang
hama ulat.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
POSTULAT KOCH
Tujuan
Untuk mengetahui cara –cara
postulat Koch atau inokulasi dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat.
Dasar Teori
Postulat Koch (PK) pertama
kali di kembangkan oleh Robert Koch pada abad 19 untuk menguji penyebab
penyakit pada manusia (Tuber Colosis), cara ini kemudian di kembangkan untuk
pengujian penyebab penyakit termasuk penyakit pada tanaman.
Koch pada tahun
1882 telah mengadakan postulat – postulat
(ketentuan – ketentuan) yang harus di penuhi terlebih dahulu untuk
menetapkan penyebab seuatu penyakit infeksi (infecsius disease).
Postulat Koch
adalah sebagai berikut :
- Penyebab penyakit selalu ada pada tanaman atau bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.
- Penyebab penyakit tersebut harus dapar di isolasi dan di pelajari dalam biakkan murni.
- Biakkan murni tersebut harus bisa di inokulasi pada tanaman yang sama (satu biotype) dan dapat menimbulkan gejala yang sama pula.
- Penyebab penyakit tersebut harus dapat di reisolasi pada tanaman yang di inokulasi tadi dalam biakkan murni dan menunjukkan organisme yang sama dengan yang di peroleh dari biakkan murni pertama.
Postulat Koch hanya dapat dilakukan pada pathogen yang bersifat
takulatif atau dapat hidup pada media buatan (dapat hidup pada inagnya atau
pada media buatan)
Adapaun langkah – langkah yang harus di lakukan untuk pelaksanaan PK
adalah sebagai berikut.
1.
Isolasi penyebab penyakit dari
bagian tanaman yang sakit dan mengadakan pembiakkan murni.
2.
Mempelajari sifat – sifat penyebab
penyakit pada biakkan murni.
3.
Mengadakan inokulasi penyebab
penyakit pada bagian tanaman sehat
Untuk pengujian pada pathogen yang bersifat obligat pada
umumnya di lakukan modifikasi dari Postulat Koch dengan tetap menggunkan
tanaman inang (host) sebagai media tumbuhnya pada saat isolasi.
Untuk pengujian penyebab penyakit tanaman yang bukan
mikroorganisme seperti fisiologi. Umumnya pengujian di lakuakn dengan :
a.
Mengenali gejala yang khas yang
terjadi pada penyakit fisiologis.
b.
Adanya tanaman indicator yang
mencirikan gejala tersebut dengan cukup spesifik.
c.
Pengamatan perubahan faktor
lingkungan (iklim) sebelum dan sesudah munculnya gejala
d.
Pengujian laboratorium
v Sumber atau bahan untuk di inokulasi = inokulum (cendaawan yang di
inokulasi)
v Proses pemasukkan penyakit pada tanaman sehat = inokulasi
Inokulasi yang akan di lakukan meliputi :
v Penyemprotan :
Mikroorganisme pathogen di larutkan dalam aquades lalu
di semprotkan [ada bagian bawah daun (bagian yang banayk menganandung stomata)
v Penanaman
Bagian tanaman sehat dilukai/disayat (permukaan daun)
lalu mikroorganisme di sisipkan.
Untuk keperluan
pekerjaan Postulat Koch perlu di ketahui sebelumnya cara – cara sterilisasi,
pembuatan media biakan dan lain – lain. Demikian pula alat yabng di gunakan
dalam mengisolasi mikroorganisme juga harus dalam keadaaan steril (bebaws dari
jasad hidup).
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari
jasd hidup dan dapat di kerjakan dengan bebagai macam cara :
- Sterilisasi secara fisik : suhu, tinggi, sinar dll.
- Sterilisasi dengan zat kimia : desinfektan, alcohol, formalin, sublimat dll.
- Sterilisasi secara mekanik : penyaringan/filtrasis
Bahan dan Alat
Autoklaf, tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, isolasi,
entkas, jarum ose, kompor, media PDA (Potato Dekstrose Agar), aquadest, kapas,
alumunium foil.
Cara Kerja
- Siapkan bahan untuk membuat PDA (kentang, sukrosa, dan agar) dalam 1 liter aquades.
- Panaskan di atas kompor sampai mendidih.
- Masukkan dalam erlenmeyer, tabung reaksi atau cawan petri tutup dengan kapas serta alumunium foil.
- Sterilisasi bahan di atas dalam autoklaf selama 30 menit pada tekanan 1.5 psi (1 – 2 jam).
- Setelah selesai simpan media dalam kulkas.
Cara Isolasi Penyakit
1.
Siapkan tanaman yang telah
terkena penyakit kemudian cuci permukaan dengan mengusapkan kapas yang telah di
basahi dengan alcohol terutama pada penyakit busuk basah.
2.
Pada penyakit dengan hifa yang
terlihat dengan jelas, dapat secara langsung diambil dengan menggnakan jarum
ose.
3.
Kemudian encerkan dengan
aquadest sebanyak 5 ml dalam tabuing reaksi
4.
Kemudian suspensi tersebut di
ambil dengan menggunakan ose, goreskan secara streak pada media agar, baik pada
petridish maupun tabung reaksi. Cara kerja ini di lakukan dalam entkas.
5.
Lakukan pengamatan visual
terhadap :
v Bentuk permukaan
v Bentuk koloni (pinggir / tepi)
v Warna
v Pengamatan secara mikroskopik (cendawan, hifa, spora)
Hasil dan Pembahasan
Postulat Koch merupakan salah
satu cara untuk menularkan penyakit dari tanaman yang sakit ke tanaman yang
sehat hal ini di lakukan untuk mengetahui gejala – gejala yang di timbulkan
oleh penyakit yang di tularkan, hal ini di lakukan untuk mengatantisipasi serangan
penyakit dengan demikian dapat mengurangi kemungkinan kerugian yang di derita
petani karena gagal panen.
Pada percobaan kali
ini di gunakan kentang, cabai, dan wortel yang telah terkena serangan bakteri
atau jamur yang busuk pada buah. Sebelumnya tahapan awal yang harus di lakukan
Adela pembuatan media PDA (Potato Dektrose Agar) yaitu dengan bahan – bahan
berupa kentang, aquadeslita, dan agar – agar. Potong kecil kentang dan timbang
sesuai dengan yang di butuhkan kemudian rebus dengan menambahkan aquadestilata
setelah air rebusan berubah menjadi kekuning – kuningan, angkat kemudian saring
agar ampas dari kentang tidak terbawa setelah itu tambahkan dengan agar – agar
dan PDA (Potato Dektrosa Agar) siap di masukkan ke dalam petridish. Namun
sebelum di gunakan sebagai wadah untuk PDA (Potato Dektrosa Agar) petridish
harus di masukkan ke dalam autoklaf. Autoklaf sendiri merupakan suatu alat untuk
mensterilkan alat – alat yang akan di gunakan, alat ini menggunakan uap panas
untuk membunuh mikroba – mikroba. Ke asaman dari PDA (Potato Dektrosa Agar)
juga harus di perhatikan keasaman yang di anjurkan adalah 5 – 6 agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Setelah PDA (Potato Dektrosa Agar)
di masukkan ke dalam petridish kemudian masukkan petridish ke dalam lemari es
atau enkas agar tidak ada mikroorganise yang berkembang.
Tahapan terakhir
adalah dengan mengambil bagian dari kentang, cabai, atau wortel yang terlihat
gejala terkena serangan mikroorganisme. Tahapan kerja berikut ini di lakukan
dalam enkast, pertama – tama ambil kentang, cabai, dan wortel yang telah
terkena serangan mikroorganisme. Setiap mahasiswa yang akan melakukan percobaan
harus steril caranya dengan menyemprotkan alkohol ke tangan agar tangan menjadi
steril. Gunakan jarum ose untuk mengambil bagian yang busuk tapi sebelumnya
jarum ose harus di sterilkan terlebih dahulu yaitu dengan cara menyelupkan
jarum ose ke dalam alkohol kemudian bakar kemudian ambil bagian yang busuk
kemudian masukkan ke dalam aquades atau ke dalam PDA (Potato Dektrosa Agar)
cara ini merupakan cara pembiakkan secara langsung sedangkan secara suspensi
yaitu dengan menyelupkan jarum ose ke dalam aqudes yang telah di masukkan
bagian yang busuk kemudian di oleskan ke dalam PDA (Potato Dektrosa Agar).
Setelah satu minggu dan media PDA (Potatao Dekstrosa Agar) telah ditumbuhi
jamur maka tahapan selanjutnya adalah mengambil jamur yang ada pada media
dengan menggunakan jarum ose yang telah disterlikan kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah diisi dengan aquadestilata tahapan ini dikerjakan
dalam enkas, kemudian siapkan lima tanaman kacang tanah yang sehat, dan siram
tanaman kacang tanah yang sehat dengan aquadestilata yang telah dicampur dengan
media yang telah ditumbuhi jamur penyakit, sisakan satu tanaman untuk disiram
hanya dengan aquadestilata biasa sebagai kontrol.
Kesimpulan
Postulat Koch
sangat bermanfaat dalam memperbaiki kualitas maupun kuantitas hasil panen
karena dengan Potulat Koch kita dapat mengetahui gejala – gejala yang di
timbulkan oleh serangan penyakit sehingga kita dapat mengantisipasi lebih awal
dan kemungkinan kerugian akibat gagal panen dapat di perkecil. Postulat Koch adalah suatu
ketentuan yang harus di lakukan untuk mengetahui apakah penyakit termasuk dalam
biotic atau abiotik. Postulat Koch merupakan cara penularan dari tanaman yang
terkena serangan penyakit ke tanaman yang sehat hingga dapat di ketahui berapa
lama waktu yang di butuhkan oleh penyakit untuk menyebabkan tanaman menjadi
rusak.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
v Ir. Wayan Rawiniwati. MSi, dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP.
MSi, “ Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional
Jakarta 2010.
PENGENALAN PESTISIDA
Tujuan
Mahasiswa
mengetahui jenis dan bentuk pestisida dan mengetahui cara penggunaan pestisida
yang tepat dan tidak merugikan lingkungan
Dasar Teori
Cara penggunaan
pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang palin pentig hal dalm
pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, akan tetapi karena
penggunannya tidak benar, maka penyemprotan akan sia – sia. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida, adalah keadaaan angin, suhu udara,
kelembaban dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan pengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu dibagian bawah lebih
panas, pestisida akan bergerak ke atas. Demikian pula kelembaban yang tinggi
akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan
kurangnya daya racun. Sedangkan curah hujan sering menyebabkan pencucian
pestisida, sehingga daya kerja pestisida berkurang.
Hal – hal tekhnis
yang perlu diperhatkan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan
dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida,
disamping merusak lingkungan. Dosis yang trlalu rendah menyebabkan hama sasaran
tidak mati, disamping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
Alat dan bahan
Berbagai macam pestisida dengan
bahan aktif yang berbeda – beda.
Cara Kerja
1.
Sediakan berbagai macam
pestisida dengan bahan aktif dan konsebtrasi yang berbeda – beda
2.
Amati label, bahan aktif, nama
dagang, kegunaan, cara pengaplikasian pestisida, dan kemudian catat
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Dalam pengendalian hama penggunaan pestisida merupakan cara terkahir
yang diambil karean penggunaan pestisida yang tidak sesuai dosis dapat merusak
kesuburan tanah karena penggunaan pestisida memiliki nilai residu yang
mengendap dalam tanah. Dosis merupakan jumlah pestisida dalam liter atau
kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap sartuan luas tertentu
atau tiap tanaman yang dilakukan pada satu aplikasiatau lebih. Adapula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau telah
diencerkan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif
adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas
atau satuan volume larutan. Pada pestisida tedapat label bewarna,kelas
berbahaya, dan gambar yang menunjukkan tingkat bahaya dari pestisida tersebut.
Kesimpulan
Symbol bahaya pada
pestisida dimaksudkan untuk memperingati akan bahaya yang akan ditimbulkan bila
pestisida tersbut temakan atau terhirup manusia. Untuk tingkatan sangat
berbahaya sekali ditunjukkan oleh warna label cokelat tua atau termasuk dalam
kelas Ia, untuk kelas berbahaya sekali ditunjukkan oleh warna label merah tua
atau termasuk dalam kelas Ib, untuk tingkatan berbahaya ditunjukkan oleh warna
kuning tua atau termasuk dalam kelas II, untuk tingkatan cukup berbahaya
ditunjukkan oleh warna biru muda atau termasuk dalam kelas III,dan untuk kelas
tidak berbahaya dalam pemakaian maximal ditunjukkan oleh warna hijua atau
termasuk dalam kelas IV. Peringatan atau tanda bahaya ini dimaksudkan agar
pengguna dapat mengetahui tingkat bahaya dari pestisida yang digunakan dan
berhati – hati dalam penggunaannya. Pada pestisida juga terdapat penanggulangan
pertama yang dapat dilakukan bila pestisida tersebut telah meracuni tubuh.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
PERANGKAP LALAT BUAH (APLIKASI PHT)
Tujuan
Mengetahui aplikasi
cara pengendalian hama lalat buah pada tanaman.
Dasar Teori
Pada komoditas pertanian yang
sedang diusahakan, seringkali didapati hama atau organisme pengganggu tanaman,
yang mempengaruhi terhadap hasil. Usaha pengendalian hama dan OPT tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara, secara kimia maupun dengan pendekatan
secara organik.
Lalat buah banyak
menyerang tanaman buah maupun sayur yang menghasilkan buah. Lalat buah tersebut
dapat ditangkap dengan memasang alat perangkap.alat tersebut berupa botol
minuman mineral yang mulutnya dibalik. Didalamnya diberi cairan yang meransgang
lalat buah masuk kedalam botol. Cairan tersebut dapat digunakan dari berbagai
macam bahan antara lain dari kulit jeruk atau kulit/daging mentimun dengan
campuran urin, atau dapat dignakan bahan antraktan lain.
Alat dan Bahan
Botol air mineral, tali rapai, kapas,
poisau, cairan perangsang lalat buah, kertas karton kuning, minyak goreng, terasi.
Cara Kerja
1.
Potong bagian atas botol
mineral dan masukkan ke dalam kembali namun dengan posisi terbalik.
2.
Basahi kapas dengan menggunakan
cairan perangsang lalat buah, dan gantungkan dalam botol yang.
3.
Olesi kertas karon dengan
menggunakan minyak kelapa terlebih dahulu, kemudian lumurkan dengan terasi.
4.
Gantungkan semua perangkap
lalat buah dilahan.
Pembahasan
Lalat buah
merupakan hama peganggu tanaman, lalat buah menyerang pada buah dan menyebabkan
buah menjadi rusak, tampak dari luar buah terlihat bagus dan tanpa cacat namun
bila dibelah bagian dalam buah rusak dimakan ulat yang merupakan larva dari
lalat buah. Pembuatan perangkap lalat buah merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menekan populasi dari lalat buah, pada praktikum kali ini perangkap
lalat buah dibuat dari dua bahan yang berbeda yaitu dengan menggunakan botol
air mineral dan kertas karton. Pada perangkap yang terbuat dari botol air
mineral digunakan cairan perangsang lalat buah sedangakan pada perangkap yang
terbuat dari kertas karton digunakan terasi yang mempunyai bau yang menyengat
sehingga lalat buah tertarik untuk hinggap. Pembuatan perangkap lalat buah dari
kertas karton kuning, minyak goreng dioleskan pertama kali kemudian baru
dioleskan kembali dengan terasi. Setelah itu perangkap siap digunakan dan
diletakkan di lahan.
Kesimpulan
Kertas karton
kuning dipakai karena kertas karton kuning mempunyai warna yang mencolok
sehingga lalat buah tertarik selain itu penggunaan terasi yang memilki bau
menyengat juga dapat menarik perhatian lalat buah untuk hinggap pada perangkap.
Minyak goreng berfungsi untuk perekat jika ada lalat buah yang hinggap. Pada
perangkap yang terbuat dari botol, potongan botol dibalik sehingga mulut botol
berada pada bagian bawah sehingga jika ada lalat buah yang masuk maka akan
sulit untuk keluar.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
PEMBUATAN JARING SERANGGA
Tujuan
Mahasiswa dapat
memahami fungsi dari jenis – jenis jarring serangga dan cara pembuatannya.
Dasar Teori
Perangkap yang
dipakai untuk menangkap serangga dapat kita buat sendiri karena mudah dan
murah. Jarring serangga dibedakan menjadi tiga jenis :
a.
Jaring serangga udara ( Aerial net / Butterfly net )
Jarring ini digunakan untuk serangga
yang terbang atau istirahat dipucuk – pucuk daun, khususnya kupu – kupu,
ngengat, belalang, lalat, kumbang, capung dll.
b.
Jaring serangga darat ( Sweeping net / Beating net )
Jaring ini lebih cocok digunakan unutk
mengkap nimfa, larva, atau serangga dewasa yang sedang makan atau istirahat
pada semak – semak dan cabang pohon yang rendah.
c.
Jarring serangga akuatik ( Aquatik net )
Jaring akuatik cocok untuk menangkap
serangga air di tempat terbuka atau penuh dengan vegetasi, di dalam lumpur dan
pasir di dasar sungai atau kolam. Jaring akuatik ada 4 macam :
1.
Jarring serangga berbentuk U
2.
Jarring serangga berbentuk V
3.
Jarring serangga berbentuk D
4.
Jarring serangga berbentuk
Bulat
Alat dan Bahan
1.
Kainn jaring serangga
2.
Kawat
3.
Alat pemotong
4.
Jarum dan benang
5.
Gunting
Cara Kerja
Buatlah jaring serangga yangyang berjenis:
1.
Udara
2.
Darat
3.
Akuatik
Hasil dan Pembahasan
Pembuatan perangkap
serangga kali ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah untuk mendapatkan
serangga – serangga yang selanjutnya akan diawetkan, pengawetan itu sendiri
dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis, morfologi dari
serangga yang menyerang tanaman budidaya. Jaring serangga terbuat dari bahan
kain yang selanjutnya dipotong sesuai dengan kawat yang dijadikan sebagai kerangga
dari perangkap, sebelumnya kawat harus dibentuk lingkaran setelah itu potongan
kain diletakkan pada kawat hingga menutupi semua bagian kawat kemudian jahit
kain tersebut hingga semua bagian terjahit dengan rapat dan rapi. Jaring
serangga ada tiga jenis yaitu jaring serangga darat, udara dan akuatik, jaring
akuatik sendiri taerbagi menjadi emapat yaitu jarring serangga akuatik
berbentuk U, V, D, dan bulat.
Kesimpulan
Pembuatan jaring
selain mudah juga sangat murah untuk dibuat sehingga dapat menghemat biaya
dibandingkan harus membeli perangkap serangga yang telah dijual di toko - toko.
Pembuatan jaring dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam mendapatkan serangga
yang menyerang tanaman budidaya maupun serangga predator yang selanjutnya akan
diawetkan sebagai koleksi.
Daftar Pustaka
v Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul
Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ”
Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar