Jumat, 20 Juli 2012

DASAR - DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman ini.
            Laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini memuat semua materi praktikum Perlindungan Tanaman selama satu semester di mana dalam satu semester tersebut di lakukan beberapa kali praktikum, dan setiap mahasiswa di wajibkan untuk membuat laporan praktikum sebagai pelengkap.
            Penulisan Laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini telah di usahakan semaksimal mungkin. Namun karena keterbatasan waktu masih banyak kesalahan dan ke kurangan dalam penulisan Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman ini, maka penulis mengucapkan mohon maaf sebesar – besarnya.
Semoga Laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan para pembacanya dan menjadi .
            Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan dari Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si selaku dosen dan Muhammad Triono selaku asisten dosen dari mata kuliah Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman, yang telah memberikan pengetahun – pengetahuan baru tentang pengendalian tanaman dan membantu dalam menjalankan Praktikum Perlindungan Tanaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktikum Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman ini.

 Jakarta,    Juni 2010


( Machdum Umaraya )























PENGENALAN FILUM-FILUM HAMA DAN MORFOLOGI SERANGGA

Tujuan
  1. Mempelajari dan mengetahui filum –filum dari dunia binatang yang berperan sebagai hama.
  2. Mengetahui serangga secara morfologi

Dasar Teori
Hama adalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berupa hewan atau binatang yang menyerang tanaman pertanian. Menurut Borror (1970), dunia binatang digolongkan menjadi 14 filum. Dari filum – filum tersebut yang anggotanya banyak berperan sebagai hama tanaman adlah dari filum Nemathelminthes, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata. Salah satu anggota filum Arthropoda yang mempunyai anggota terbanyak adalah kelas Insekta.(serangga). Oleh karena itu, penekanan pembahasan tentang hama hanya dilakukan pada kelas serangga, di samping tiga filum lainnya. Namun demikian perlu diketahui bahwa tidak semua serangga berperan sebagai  hama. Sebagian serangga yang berperan positif bagi manusia, yaitu sebagai serangga musuh alami, penyerbuk, penghasil madu, penghasil bahan pakaian dan sebagainya.

Filum Nemathelminthes
Anggota filum ini yang berperan sebagai hama adalah anggota kelas nematoda. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris memanjang, bilateral simetris dan tidak bersegmen. Lapisan terluar berupa kutikula yang lenturdan transparan berfungsi sebagai pelindung dan memudahkan bergerak. Kelas nematoda tidak semuanya berperan  sebagai hama, sebab nematoda ada yang bersifat parasitik dan non parasitik. Pada nematoda parasitik disebelah anteriornya terdapat stylet yang berfungsi untuk menusuk dan melukai jaringan tanaman, sedangkan nematoda non parasitik (saprofag) tidak mempunyai stylet.



Filum Molusca
Molusca atau binatang lunak ada yang mempunyai cangkang, ada pula yang tidak mempunyai cangkang. Achatina fullica atau bekicot adalah salah satu anggota molusca yang termasuk kelas Gastropoda (gastron = perut; poda = kaki) yang banyak dijumpai menyerang tanaman.Bekicot mempunyai dua pasang sungut yaitu sepasang sungut anterior yang berperan sebagai alat peraba, dan sepasang sungut posterior yang berperan sebagai mata. Dibawah sungut anterior terdapat mulut yang mempunyai gigi parut yang disebut radula.

Filum Arthropoda
Ciri - ciri filum Arthropoda adalah tubuh dan kaki beruas – ruas, tubuh terbagi dua atau tiga bagian, alat tambahan beruas – ruas,dan berpasangan , dinding tubuh sebelah luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan diperbaharui kembali. Filum ini yang berperan sebagai hama adalah dari kelas Insekta dan Arachnida.

Tabel 1. Perbedaan anggota tubuh antara Insekta dan Arachnida
Metamorfose
Stadia hidup
Ametabola / ametamorfosis
Telur
Muda

Dewasa/imago
Hemimetabol/sederhana
Telur
Nimfa

Dewasa
Holometabola/sempurna
Telur
Larva
Pupa/kepompong
Dewasa

Filum Chordata
Anggota filum ini yang berperan sebagai hama adalah kelas Mamalia. Beberapa anggotanya yang penting adalah kera, babi hutan, beruang, musang dan binatang pengerat. Binatang pengerat (ordo Rodentia) merupakan hama yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian






Pengenalan Filum – Filum Hama
Bahan
·         Spesimen Nematoda parasitik dan non parasitik
·         Spesimen Achatina fullica
·         Spesimen Valanga nigricornis
·         Spesimen Tetranicus birnaculatus
·         Spesimen Mus ratus diardi
Alat
mikroskop dan jenis – jenis hama

Cara Kerja
Untuk preparat filum Nemathelminthes amatilah di bawah mikroskop bentuk tubuh nematoda parasit. Usahakan untuk dapat melihat styletnya. Gambarlah bentuk tubuh nematoda tersebut. Sebagai catatan, nematoda mempunyai bentuk tubuh (pose tubuh) yang bermacam – macam tergantung jenisnya.Untuk preparat filum Arthropoda , amatilah Untuk preparat filum Molusca , amatilah jumlah sungut siput. Sungut siput berjumlah dua pasang. Sepasang sungut anterior digunakan sebagai peraba dan sepasang sungut posterior yang digunakan untuk melihat. Amati pula kaki perut dan gerakannya. Gambarlah preparat siput.Untuk preparat filum Chordata amatilah preparat tikus atau tupai atau landak. Perhatikan telapak kaki, gigi pengerat dan ekornya. Gambarlah preparat ini dengan jelas.

Mengetahui Morfologi Serangga
Bahan
  1. Belalang kayu
  2. Kepala belalang kayu untuk melihat antena, mata  majemuk dan perangkat alat mulut
  3. Toraks belalang kayu untuk melihat jumlah ruas, sayap dan kaki.
  4. Abdomen belalang kayu utuk melihat perangkat alat kelamin dan spirakel.



Cara Kerja
1.      Mengamati tubuh serangga secara lengkap. Mendeskripsikan dengan teliti, daerah kepala, thoraks, dan abdomen.
2.      Memperhatikan dengan teliti daerah kepala ,:
3.      Memperhatikan secara seksama daerah toraks,:
4.      Memperhatikan dengan seksama daerah abdomen:

Hasil
Terlampir

Pembahasan
            Beberapa fillum yang banyak berperan sebagai hama seperti nemathelminthes, mollusca, arthropoda, dan chordata diamati lewat beberapa contoh binatang yang sudah diawetkan.
Ø  Untuk fillum nemathelminthes diwakili oleh kelas nematoda, binatang yang diamati adalah cacing
Ø  Untuk fillum mollusca diwakili oleh kelas Gastropoda, binatang yang diamati yaitu bekicot.
Ø  Untuk filum arthropoda diwakili oleh dua kelas yaitu kelas insekta dan kelas arachnida, binatang yang diamati adalah capung
Ø  Untuk fillum Chordata diwakili oleh kelas mamalia, binatang yang diamati adalah babi.
Semua binatang yag diamati digambar dan diberi keterangan sesuai dengan bagian yang ada di buku penuntun.









Kesimpulan
            Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa fillum yang berperan sebagai hama yaitu : fillum Nemathelminthes, fillum molusca, fillum Arthropoda, dan fillum Chordata. Dari fillum arthropoda yang paling banyak berperan sebagai hama adalah dari kelas insekta (serangga). Morfologi serangga jika dilihat tubuhnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Untuk bagian caput (kepala) hal yang perlu diamati adalah antena, mata, dan perangkat alat mulut. Untuk bagian toraks (dada) yang perlu diperhatikan adalah bagian sayap, ruas, dan kaki. Sedangkan untuk bagian abdomen (badan) yang perlu diperhatikan adalah bagian perangkat alat kelamin dan spirakel. Dari beberapa hal yang diperhatikan dapat diketahui bahwa binatang tersebut adalah termasuk kelas insekta (serangga). Dari ciri – ciri di atas serangga dapat pula ditentukan ordo dari serangga tersebut. Serangga yang menjadi hama dibedakan menjadi 10 ordo.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.













PENGENALAN ORDO DAN PERTUMBUHAN SERANGGA

Tujuan
  1. Mengetahui ordo dan tipe metamorfosis serangga
  2. Memahami hubungan tipe alat mulut dan tanda serangan pada tanaman

Dasar teori
Terdapat berbagai serangga yang berperan sebagai hama. Sebagian besar adalah pemakan tumbuhan (herbivore atau fitofagus). Sementara sebagian binatang yang lain berperan sebagai peminum darah organisme lain seperti burung, menyusui dan manusia. Selain dapat menyebabkan kerusakan yang bersifat langsung, beberapa jenis serangga menularkan penyakit tertentu pada tanaman, binatang dan manusia. Pada praktikum ini hanya akan dibahas 10 ordo serangga atau kelas Insekta yang berkaitan erat dengan perannya sebagai hama tanaman dan musuh alami hama.

Ordo Coleoptera
Anggota coleoptera dikenal dengan nama kumbang. Ordo ini beranggota paling banyak dibandingkan dengan odo – ordo lain dalam kelas serangga. Dalam ekosistem pertanian, peranannya meliputi hama, pemangsa, dan parasitoid. Ciri khusus coleoptera terletak pada sayap depannya yang mengeras dan patah apabila ditekuk. Sayap ini lebih mirip perisai (elitra). Elitra digunakan sebagai pelidung sayap belakang yang lebih lebar dan digunakan sebagai alat terbang. Alat mulut coleoptera dewasa dan larva bertipe pengunyah dan metamorfosisnya sempurna.

Ordo Orthoptera
Ordo ini meliputi belalang, jangkrik, kecoa dan anjing tanah (orong – orong). Hampir semua ordo ini berperan sebagai hama. Namun salah satu familinya yaitu Mantidae berperan sebagai pemangsa. Ciri khusus pada ordo ini adalah sayap depannya yang mengeras yang disebut tegmina. Orthoptera mempunyai alat mulut yang bertipe pengunyah dengan metamorfosis sederhana.



Ordo Isoptera
Anggota ordo ini disebut rayap atau laron (yang bersayap). Rayap hidup berkoloni dan terbagi menjadi kasta-kasta sosial. Laron mempunyai dua pasang sayap yang sama bentuk dan ukurannya., dan bertipe pengigit dan pengunyah. Metamorfosis isoptera adalah sederhana. Rayap merupakan hama penting yang merusak akar tanaman. Keistimewaan ordo ini adalah dapat mengkonsumsi kayu karena di dalam ususnya terdapat protozoa pemecah kayu.

Ordo Homoptera
Ordo ini meliputi wereng, tonggeret, dan kutu – kutuan. Anggota ordo ini semuanya berperan sebagai hama tanaman. Sama dengan hemiptera , tipe alat mulutnya pencucuk penghisap. Metamorfosis sederhana. Kedua pasang sayap homoptera bertipe membranus dan bertekstur sama.

Ordo Hemiptera
Ordo ini meliputi kepik dan kepinding. Sebagian besar anggotanya berperan sebagai hama, walaupun beberapa diantaranya berpera sebagai pemangsa dan pengisap darah. Ciri khusus heiptera terleta pada sayap depannya yang terbagi menjadi dua daerah yaitu bagian pangkal yang menebal dan bagian ujung yang bersifat membranus (hemelitra). Hemiptera mempunyai  alat mulut bertipe pencucuk pengisap dan metamorfosisnya sederhana.

Ordo Lepidoptera
Anggotanya sering disebut kupu – kupu dan ngengat. Kupu – kupu sering dijumpai aktif pad siang hari sedangkan ngengat lebih sering dijumpai pada malam hari. Larva kupu –kupu dan ngengat sering disebut dengan ulat dan merupakan hama yang paling sering menimbulkan kerusakan. Sayap Lepidoptera dua pasang dan dicirikan dengan adanya sisik (scale) yang merupakan penyusun warna – warna indah pada sayapnya. Sisik ini akan terlepas apabila tersentuh sehingga warnanya akan menghilang. Alat mulut dewasa bersifat penghisap dan berbentuk belalai yang sering disebut dengan proboscis. Sementara alat mulut ulat bertipe pengunyah dengan metamorfosis Lepidoptera tergolong sempurna.


Ordo Thysanoptera
Ordo ini sering diistilahkan dengan trips. Bentuk tubuhnya ramping panjang dan biasanya berwarna hitam mengkilat. Trips mempunyai cirri khusus berupa sayap yang sempit dan berumbai – umbai pada pinggirnya. Tipe alat mulut thysanoptera adalah pencucuk pengisap (lebih tepatnya pemarut), dan metamorfosisnya sederhana.

Ordo Odonata
Ordo ini mempunyai anggota yang sering disebut dengan nama capung. Semua anggota odonata berperan sebagai pemangsa serangga lain, baik serangga dewasa maupun nimfanya yang hidup di dalam air. Kepala capung relatif besar dan sebagian besar dipenuhi oleh mata majemuk yang besar. Antenanya kecil pendek. Sayapnya dua pasang dan bervena banyak. Abdomennya ramping dan mudah ditekuk. Kaki - kakinya termodifikasi menjadi alat penangkap mangsa. Alat mulutnya bertipe pengunyah dengan metamorfosis sederhana.

Ordo Diptera
Ordo ini meliputi lalat dan nyamuk. Namun demikian ada beberapa famili anggota ordo diptera yang berperan sebagai pemangsa dan parasitoid. Sayap diptera dua pasang sayap belakang mereduksi berubah bentuk menjadi halter sebagai alat keseimbangan. Alat mulut diptera ada yang bertipe penjilat dan pencucuk pengisap. Metamorfosis diptera bersifat sempurna.

Ordo Hymenoptera
Anggotanya meliputi  lebah tawon dan semut. Hymenoptera mempunyai anggota yang paling penting bagi manusia. Sebagian besar berperan sebagai pemangsa, sebagian lagi berperan sebagai parasitoid. Banyak pula anggota hymenoptera yang berperan sebagai penyerbuk dan penghasil madu. Beberapa famili mempunyai alat mulut bertipe pengunyah, namun pada bentuk yang lebih modern , labium dan maksila berkembang menjadi alat pengisap dan metamorfosisnya sempurna.

Hasil
Terlampir

Pembahasan
            Praktikum kali ini dilakukan dengan mengamati ordo – ordo pada serangga yang berperan sebagai hama, ada 10 ordo yang berperan sebagai hama. Pengamatan dilakukan pada 10 ordo tersebut dengan mengkalsifikasikan tipe metamorfosis dan tipe alat mulut yang bisa dijadikan acuan untuk cara pengendalian yang tepat pada hama tersebut. Tiap – tiap ordo diwakili oleh satu contoh serangga.  Contoh serangga yang ada adalah berdasarkan serangga yang sudah diawetkan. Serangga – serangga tersebut adalah kumbang (Coleoptera), belalang (Orthoptera), rayap/laron (Isoptera), wereng (Homoptera), kepik (Hemiptera), kupu – kupu (Lepidoptera), thrips (Thysanoptera), capung (Odonata), lalat buah (Diptera), lebah (Hymenoptera).
            Dari pengamatan tersebut didapatkan bahwa :
  • Ordo Coleoptera metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
  • Ordo Orthoptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
  • Ordo Isoptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah penggigit pengunyah
  • Ordo Homoptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap.
  • Ordo Hemiptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap
  • Ordo Lepidoptera metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah
  • Ordo Thysanoptera metamorfosisnya sederhana, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap
  • Ordo Odonata metamorfosisnya sederhana, Odonata tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
  • Ordo Diptera metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah penjilat dan pencucuk penghisap
  • Ordo Hymenoptera metamorfosisnya sempurna, tipe alat mulutnya adalah pengunyah namun pada bentuk yang lebih modern labium berubah menjadi alat pengisap

Kesimpulan
            Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada 10 ordo serangga yang berperan sebagai hama. Namun untuk mengetahui kapan dan bagaimana hama menyerang diperlukan pengetahuan tentang tipe metamorfosis dan tipe alat mulut serangga. 10 ordo serangga itu adalah:
Metamorfosis
  • Ordo Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera metamorfosisnya sempurna.
  • Ordo Orthoptera, Homoptera, Isoptera, Hemiptera, Thysanoptera, Odonata, metamorfosisnya sederhana.
Tipe alat mulut:
  • Ordo Coleoptera, Orthoptera, Lepidoptera, Odonata tipe alat mulutnya adalah pengunyah.
  • Ordo Isoptera tipe alat mulutnya adalah penggigit pengunyah.
  • Ordo Homoptera, Hemiptera, Thysanoptera, tipe alat mulutnya adalah pencucuk pengisap.
  • Ordo Diptera tipe alat mulutnya adalah penjilat dan pencucuk penghisap.
  • Ordo Hymenoptera tipe alat mulutnya adalah pengunyah namun pada bentuk yang lebih modern labium berubah menjadi alat pengisap.

Daftar Pustaka
v  Ir. Rahmat Rukmana, dan Uu. Sugandi Saputra B. Sc, “ Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliannya ”Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1997.
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
v  Dasar – dasar Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2003.





PENGENALAN MUSUH ALAMI HAMA

Tujuan
            Mengetahui musuh alami yang berperan menekan populasi hama di lapangan

Dasar Teori
            Usaha pengendalian hama di lapangan menggunakan beberapa teknik secara fisik, kultur teknis, kimia, dan pengolaan hama secara terpadu. Pengendalian secara bioloigis biasanya dengan menggunakan musuh alami dari hama yang terdapat di alam.
            Pada sistem pertanian yang belum tersentuh teknologi konvensional sehingga semua bentuk bahan agrokimia tidak digunakan sama sekali, maka petani akan menggunkan berbagai macam cara baik langsung maupun sacara tidak langsung untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
            Faktor yang cukup penting dalam metode tradisional perlindungan tanaman adalah memanfaatkan prilaku hama, dengan demikian perkembangan dapat dihambat dan mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman utama. Perlindungan selanjtnya dengan memanfaatkan peranan musuh alami.
            Musuh alami adalah organism hidup yang memangsa atau menumpang atau dalam hama dan dianggap sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam. Musuh alami di bedakan menjadi tiga golongan :
  1. Predator
  2. Parasitoid
  3. Patogen
           Predator atau pemangsa adalah binatang yang memangsa hama contohnya dari golongan mamalia, reptilian, aves, mollusca, dan insect.
           Parasitoid adalah serangga (binatang) yang menumpang hidup pada atau didalam tubuh hama dan menghisap cairan tubuh tersebur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya contohnya dari ordo hymenoptera dan dipteral.
           Patogen atau penyakit adalah mikroorgnisme yang menyebabkan penyakit pada hama, contohnya adalah bakteri, jamur, virus, ricketsia, protozoa, dan nematode.


Bahan


1.      Spesimen ordo coleoptera
2.      Spesimen ordo diptera
3.      Spesimen ordo hymenoptera
4.      Spesimen ordo hemiptera
5.      Spesimen jamur
6.      Spesimen ordo bakteri



Alat
1.      Alat tulis untuk menggambar
2.      Lup

Cara Kerja
1.   Gambarlah spesimen yang tersedia secara lengkap dan perhatikan cirri – cirinya
2.   Berikan keterangan secara singkat pada gambar

Hasil
Terlampir

Pembahasan
            Hama merupakan penganggu tanaman budidaya di mana dengan adanya hama dapat mengurangi produksi sebuah tanaman budidaya, banyak hal yang dapat di gunakan untuk mengurangi populasi hama salah satunya pengendalian secara kimiawi yang cukup berhasil untuk mengendalikan antara lain insektisida dengan bahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun, Tiametoksam disiramkan melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa pengenceran dan Imidakloprid yang dioleskan (saput) pada batang, selaintu juga dapat digunakan metode pengamatan dapat dilakukan melalui pencarian serangga secara langsung pada (cara visual) atau dengan menggunakan alat perangkap kuning (yellow trapp) dan terakhir adalah dengan menyebar musuh alami dari hama yang telah di sediakan oleh alam untuk mengontrol populasi hama dan menjaga ekosistem di alam.





Kesimpulan
          Pemberantasan haman dengan menggunakan cara kimiawi dapat merusak tanah karena pestisida yang diberikan mempunyai nilai residu dan mengendap dalam tanah sehingga dapat membunuh mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman. Untuk menjaga ekosistem dan menjaga kesuburan tanah metode yang dapat digunakan adalah dengan memasang perangkap dan menyebar musuh alami dari hama yang menyerang. Musuh alami antara lain adalah predartor adalah pemangsa yang besar tubuhnya lebih besar di banding mangsanya, patogen adalah penyakit yang dapat menyerang hama sehingga hama mati dan terakhir adalah parasit yang menumpang hidup pada hama. Cara ini memang tidak memberikan hasil yang cepat di banding dengan menggunakan cairan kimia namun cara ini lebih baik untuk menjaga kesuburan tanah.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.

           



           



           







NEMATODA

Tujuan
1.                  Mengetahui beberapa nematoda yang hidup di berbagai tanaman pangan
2.                  Mengetahui cara-cara mengurangi atau memberantas nematoda

Dasar Teori
Nematoda ialah binatang melata yang berbentuk bulat, tidak bersegmen atau beruas-ruas dengan ukuran yang sangat kecil sekitar 0,5 – 2,0 mm panjangnya dan 0,01 – 0,5 mm lebarnya, jenis-jenis tertentu ada yang mencapai 0,04 – 0,3 cm. hidupnya parasit yang tergantunga pada inang yang hidup, agar bisa melangsungkan kehidupan serta perkembangbiakkannya.
            Umumnya nematoda berada pada tanah tetapi ada juga yang hidup dalam air, karena kecilnya bisa menyerang keseluruhan bagian tanaman mulai akar samapai bunga dan buah dengan menggunakan stylet. Alat tersebut berguna untuk menusuk dan menghisap cairan sel tanaman, akibatnya tanaman akan timbul gejala penyakit. Sehingga nematoda merupakan parasit yang menimbulkan permasalahan bagi tanaman yang dibudidayakan, maka dibentuklah perhimpunan ahli yang khusus menangani permasalahan akibat nematoda dan dikenal dengan sebutan fitonematologi diseluruh dunia.

Penggolongan nematoda berdasarkan cara memakan tanaman
A.    Ektoparasit
Nematoda jenis ini tidak masuk dalam jaringan tetapi hanya menusuk dan menghisap cairan sel dari luar epidermis. Contoh : trichodurus (stubby root) yang menbyerang tanaman jenis sayur-sayuran

B.     Migratory endoparasit
Nematoda yang masuk dalam jaringan tanaman dan keluar lagi serta waktu-waktu tertentu kembali masuk lagi. Cotoh : radopholus simillis (burrowing nematoda) menyebabkan Lession atau luka pada akar tanaman jeruk, pisang dan tebu.



C.    Sedentary endoparasit
Nematoda yang memasuki jaringan tanaman dan menetap padqa jaringan sampai siklus hidupnya. Contoh : meloidogyne (rootknot nematoda) penyebab gall pada tanaman pisang, kacang-kacangan, jagung, tomat, papaya, dan tebu.

D.    Semi-endoparasit
Nematoda yang memasuki jaringan hanya setengah tubuhnya dan setengahnya berada diluar jaringan tanaman. Contoh : tylencus penetrans pada akar tanaman jeruk.
Gejala-gejala yang ditimbulkan nematoda parasit adalah sama dengan serangga penusuk dan penghisap, karena sama-sama menusuk dan menghisap cairan makanan dari dalam sel makanan. Cairan makanan dari dalam sel tanaman. Gejal-gejala yang timbul akibat serangan disebabkan nematoda, pada tanaman, antara lain : bagian akar yang terjadi pembengkakkan (gall) oleh meloidogyne sp. Kerdil (stunting), layu (wilting), bercak daun (leaf spot), dan necrose lesions ( luka nekrotik) pada akar dan cabang akar. Juga puru / benjolan – benjolan di akar (rootknot nematodas) dan oleh heterodera sp. Yang menyebabkan tersumabatnya aliran air pengangkut zat –zat makanan pada kentang dan tomat.

Pengendalian nematoda
Nematoda tidak saja merupakan mikroorganisme perusak  langsung tanaman tetapi juga berakibat mendatangkan penyakit lainnya. Nematoda juga bisa bertindak sebagai vector virus tanaman yang efektif, seperti seekor nematoda trichodurus pachydermus mampu menorehkan TRV ke lebih dari 1 tanaman nicotiana rustica. Berdasarkan hal ersebut maka pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1.      Fisik
cara ini dilakukan dengan penggenangan, keberhasilan cara ini pernah diteliti oleh Hollis (1966) untuk menurunkan populasi nematoda pada tanaman padi dan berhasil sampai 40 – 100 %.

2.      Kultur Teknik
menggilir tanamn merupakan cara praktis di dalam pengendalian nematoda, hanya saja diperlukan waktu yang sangat lama. Seperti di negara belanda, untuk pengendalian H.rostochieniensis. diperlukan waktu 4 tahun untuk pergiliran tanaman bahkan 5 tahun di Negara inggris.\
3.      Kimia
menggunakan bahan – bahan kimia yang dinamakan nematisida, seperti nemagon 75EC, oestation 40EC (trizophoz) temik 10G dan lain – lain.

4.      Biologi
memanfaatkan hewan parasit dan predator sebagai musuh alami nematoda, seperti dobosogia penetrans, merupakan parasit dan monocrosporium deedycoides yang merupakan predator serta masih banyak parasit dan predator lainnya.

5.      Perlakuan Panas
cara ini dilakukan dengan memberikan suhu tanah berupa uap panas atau air panas  sampai 40 – 60 oC selama 30 menit yang sangat sesuai diterapkan dalam pembibitan tanaman. Cara lain adalah pencelupan akar pada air panas dengan lebih kurang 50 o C selama 30 menit.

6.      Integrasi
cara ini dilakukan dengan memfungsikan 2 cara atau lebih dari cara yang sudah ada, maka hasil yang didapatkan lebih efektif. Jika disebutkan di atas bahwa cara rotasi tanaman membutuhkan  4 tahun maka apabila dibarengi dengan pemberian bahan kimia.akan mempercepat pengendalian tersebut.

Alat dan bahan
v   Tanah yang diambil dari sekitar tanaman pangan, jagung dan ubi
v   Gelas ukur
v   Air
v   Mikroskop
v   Pipet




Cara kerja
v   Mengambil tanah di sekitar tanaman sebanyak 500 gram dan mencampur dengan  1 liter air dan diaduk.
v   Menyaring dengan menggunakan kertas saring.
v   Melihat di mikroskop Air tanah hasil saringan kita dengan mengambil 1-3 tetes air.
Pengamatan
v   Gambarkan nematoda dan pemberi penjelasan
v   Tentukan jenis kelamin nematoda tersebut
v   Hitung jumlah nematoda dalam setiap tetes air tanah
v   Dari beberapa contoh tanah amati tanaman pangan yang mana yang banyak        mengandung nematoda.

Hasil
Terlampir

Pembahasan
Pada praktikum kali ini tanah yang digunakan untuk diamati adalah tanah disekitar tanaman jagung dan ubi jalar Tanah di sekitar tanaman jagung dan ubi jalar di ambil sekitar segenggam tangan. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala, lalu diberi air sekitar 100ml. Tanah tersebut diaduk dan didiamkan sekitar 10 menit.
Setelah tanah mengendap ambil air dengan menggunakan piprt kemudian letakkan pada kaca preparat dan amati apakah ada nematode, pada praktikum kali ini hanya di dapatkan 2 nematoda pada contoh tanah yang di ambil pada tanaman jagung edangkan pada contoh tanah pada tanaman ubi jalar tidak di temukkan nematode.
Untuk menanggulangi serangan nematode dapat di lakukan bebrapa hal di antaranya dengan membalik tanah dan dikeringkan, flooding, lahan dibanjiri air selama beberapa waktu, pengendalian kultur teknik, trapcrop : tanaman penarik nematoda (ex: clotalaria sp.), pengendalian secara kimia, dengan nematisida




Kesimpulan
            Pada praktikum kali ini hanya di temukan 2 nematoda pada tanaman jagung sedangkan pada tanaman ubi jalar tidak di temukan sama sekali nematoda, hal ini terjadi mungkin karena memang benar – benar tidak adanya nematoda pada tanamana tersebut atau faktor ketelitian dan keberuntungan yang mempengaruhi keberhasilan sebuah pengamatan..
Untuk pengendalian nematoda ada beberapa cara, yaitu secara fisik, kultur tehnik, kimia, biologi, perlakuan panas, dan integrasi. Dan pada petani biasa di indonesia kebanyakan memilih dengan pengendalian secar fisik, dan kimia. Pengendalian secara fisik digunakan karena cara ini tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah dilakukan petani. Sedangkan cara kimia digunakan karena bersifat praktis walaupun memerlukan biaya dan beresiko tinggi bila dosis yang di gunakan berlebih karena dapat membunuh mikroorganisme yang bermanfaat untuk tanaman.
 
Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.













Pengenalan Pestisida Nabati (biopestisida)

Tujuan
            Mengetahui dan mengenal bermacam-macam jenis tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati.

Dasar Teori
            Masalah yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tanaman dewasa ini dirasakan lebih besar dibandingkan waktu sebelumnya. Hal ini berkaitan erat dengan usaha peningkatan produksi pangan.
            Aplikasi pestisida kimia untuk mengendalikan Organisme Penggangu Tanaman sangat pesat perkembangannya tanpa melihat cara lain yang lebih bermanfaat.
            Pada saat ini banyak orang menyadari tentang bahaya penggunaan pestisida kimia dalam pertanian. Dengan pestisida kimia tersebut justru mengakibatkan munculnya biotipe hama yang baru dan kebal (resurgensi), matinya serangga-serangga yang membantu petani, pencemaran lingkungan dan menimbulkan bahaya keracunan pestisida. Dalam pertanian tradisional dahulu telah dilakukan pula pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alamiah, petani telah mengenal jenis-jenis tumbuhan tertentu yang dapat digunakan untuk menekan populasi hama dan penyakit tanaman.
            Pada hakikatnya hal tersebut pada saat ini masih diperlukan untuk itu, kita harus mengusahakannya kembali tetapi dipadukan dengan cara modern sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan.
            Adapun manfaat/keunggulan dari pestisida organik ini adalah :
  1. Daya kerjanya selektif, hanya mematikan jenis-jenis serangga tertentu sehingga keseimbangan alam tetap terjaga
  2. Residu cepat terurai sehingga tidak meracuni hasil pertanian
  3. Tidak mengakibatkan pencemaran air, tanha maupun udara
  4. Serangga-serangga berguna (predatror dan parasit hama) tidak ikut musnah
  5. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga hama
  6. Murah karena bahan dapat dibuat dari sumber daya yang ada disekitar dan dapat dibuat sendiri oleh petani
  7. Pada umumnya berupa racun perut sehingga tidak berbahaya bagi petani yang mengaplikasikannya (tidak meracuni kalau tidak sengaja meminumnya)
            Oleh karena itu, pemanfaatan  pestisida organik (nabati) layak untuk dikembangkan sebagai pengganti pestisida sintetik karena mudah terurai, bersifat spesifik, residu cepat hilang, dan tidak menyebabkan resistensi hama dan penyakit (Oka,1993).

Bahan danAlat


  1. Bawang putih
  2. Kulit jeruk
  3. Rimpang jeringau
  4. Daun sirsak
  5. Sabun colek/detergen
  6. Air
  7. Minyak sayur
  8. Penggerus/blender
  9. Sendok
  10. Timbangan



Cara Kerja
a)      Biopestisida Untuk Hama Wereng Cokelat
v  Blender  100 gram bawang putih, dan 2 sendok the minyak sayur hingga semua bahan menyatu
v  Blender kulit jeruk 200 gram dan air setelah di blender tambahkan air sebanyak 1.000 ml dan tambahkan H2SO4 sebanyak 100 cc
v  Blender 1 genggam daun sirsak, rimpang jeringau, 20 siung bawang putih, sabun colek 20 gram dan air kemudian encerkan konsentrasi dengan menggunakan air sebanyak 20 liter

b)     Biopestisida Untuk Belalang dan Ulat
v  Daun sirsak 50 lembar, daun tembakau satu genggam, detergen 20 gram tumbuk hingga bahan – bahan tercampur kemudian larutkan dalam air sebanayak 20 liter

Hasil dan Pembahasan
            Hama merupakan hewan pengganggu tanaman budidaya dan dapat mengurangi hasil produksi tanaman budidaya namun hama dapat di tanggulangi dengan banyak cara di antaranya adalah :
v  Pengendalian fisik
Yaitu dengan cara merendam benih dengan hangat
v  Penghendalian mekanik
Yaitu dengan cara pengamatan dan mengambil hama satu persatu pada setiap tanaman yang telah di serang hama
v  Pengendalian kultur teknik : dengan cara penggunaan benih kualitas unggul yang tahan akan serangga hama dan penyakit
v  Pengendalian kimia : dengan penggunaan pestisida kimiawi
v  Pengendalian hayati : dengan cara pengendalian parasit yang merupakan musuh alamidari hama
v  Pengendalian hama dan penyakit terpadu : Yaitu dengan cara menggunakan mulsa untuk mencegah pertumbuhan rumput, di karenakan rumput sering di gunakan hama sebagai tempat telurnya.
Dari berbagai cara pengendalain hama di atas cara pengendalain yang paling cepat adalah dengan menggunakan pestisida alami namun pestisida alami mempunyai nilai residu dan mengandap dalam tanah dan akan membunuh mikroorganisme yang di butuhkan oleh tanaman sedangkan cara yang pengendalian yang lain banayak memakan waktu, tenaga, dan biaya.
            Saat ini telah di kembangkan  pestisida alami yang sering di sebut biopestisida, sebenarnya biopestisida telah di temukan sejak lama namun pada saat ini telah di kembangkan, dan pada praktikum kali ini di buat dua biopestisida yaitu :
Biopestisida Untuk Hama Wereng Cokelat
v  Blender  100 gram bawang putih, dan 2 sendok the minyak sayur hingga semua bahan menyatu
v  Blender kulit jeruk 200 gram dan air setelah di blender tambahkan air sebanyak 1.000 ml dan tambahkan H2SO4 sebanyak 100 cc
v  Blender 1 genggam daun sirsak, rimpang jeringau, 20 siung bawang putih, sabun colek 20 gram dan air kemudian encerkan konsentrasi dengan menggunakan air sebanyak 20 lite

Biopestisida Untuk Belalang dan Ulat
v  Daun sirsak 50 lembar, daun tembakau satu genggam, detergen 20 gram tumbuk hingga bahan – bahan tercampur kemudian larutkan dalam air sebanayak 20 liter
Penggunaan sabun di sini di amksudkan untuk mengikat zat – zat yang ada dalam biopestisida, sabun memang memiliki nilai residu namun hanya sedikit di bandingkan dengan pestisida yang memiliki nilai residu yang sangat besar. Penguunaan biopestsida selain ramah lingkungan juga sangat hemat biaya karena bahan – bahan yang di gunakan merupakan bahan – bahan yang mudah di dapat dari alam. Setelah pembuatan biopestisaida selesai maka selanjutnya adalah pengaplikasian biopestiosida di lahan namun sebelum di aplikasikan di lahan sebaiknya biopestisida di encerkan atau di larutkan dengan air

Kesimpulan
            Dari pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa banyak bahan alami yang dapat di gunakan untuk bahan pembuatan biopestisida dan pada praktikum kali ini hanya sebagian kecil bahan yang di gunakan seperti kulit jeruk, sabun colek, rimpang jeringau, bawang putih, daun tembakau, dan daun sirsak. Pencampuran antara bahan – bahan tersebut akan menghasilkan biopestisida yang berbeda penggunaannya untuk jenis hama yang menyerang. Ternyata bukan hanya dari bau yang menyengat yang di hasilkan dari biopestisida yang menyebabkan hama tidak menganggu tanaman budidaya  namun karena bahan – bahan tersebut mengandung zat – zat yang membuat hama tidak nyaman.
Selain penggunaan biopestisida ada juga cara lain untuk mengusir hama pada tanaman budidaya yaitu dengan menggunakan biji lerak, serbuk gergaji, susu sapi dan tepung terigu. Biji lerak mempunyai bau yang khas sehingga kutu enggan untuk berkembang pada tanaman budidaya yang di letakkan biji lerak pengaplikasin biji lerak  sama dengan penggunaan kamper, serbuk gergaji membuat keong sulit untuk bergerak karena keong bergerak dengan radula yang berlendir, susu sapi dapat membunuh cendawan dan yang terakhir adalah penggunaan tepung terigu di mana epung terigu dapat penghambat pernapasan ulat sehingga ulat mati cara pengaplikasinnya adalah dengan menaburkan tepung terigu pada tanaman budidaya yang terserang hama ulat.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.




POSTULAT KOCH

Tujuan
            Untuk mengetahui cara –cara postulat Koch atau inokulasi dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat.

Dasar Teori
            Postulat Koch (PK) pertama kali di kembangkan oleh Robert Koch pada abad 19 untuk menguji penyebab penyakit pada manusia (Tuber Colosis), cara ini kemudian di kembangkan untuk pengujian penyebab penyakit termasuk penyakit pada tanaman.
            Koch pada tahun 1882 telah mengadakan postulat – postulat  (ketentuan – ketentuan) yang harus di penuhi terlebih dahulu untuk menetapkan penyebab seuatu penyakit infeksi (infecsius disease).
            Postulat Koch adalah sebagai berikut :
  1. Penyebab penyakit selalu ada pada tanaman atau bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.
  2. Penyebab penyakit tersebut harus dapar di isolasi dan di pelajari dalam biakkan murni.
  3. Biakkan murni tersebut harus bisa di inokulasi pada tanaman yang sama (satu biotype) dan dapat menimbulkan gejala yang sama pula.
  4. Penyebab penyakit tersebut harus dapat di reisolasi pada tanaman yang di inokulasi tadi dalam biakkan murni dan menunjukkan organisme yang sama dengan yang di peroleh dari biakkan murni pertama.

Postulat Koch hanya dapat dilakukan pada pathogen yang bersifat takulatif atau dapat hidup pada media buatan (dapat hidup pada inagnya atau pada media buatan)
Adapaun langkah – langkah yang harus di lakukan untuk pelaksanaan PK adalah sebagai berikut.

1.      Isolasi penyebab penyakit dari bagian tanaman yang sakit dan mengadakan pembiakkan murni.
2.      Mempelajari sifat – sifat penyebab penyakit pada biakkan murni.
3.      Mengadakan inokulasi penyebab penyakit pada bagian tanaman sehat
Untuk pengujian pada pathogen yang bersifat obligat pada umumnya di lakukan modifikasi dari Postulat Koch dengan tetap menggunkan tanaman inang (host) sebagai media tumbuhnya pada saat isolasi.
Untuk pengujian penyebab penyakit tanaman yang bukan mikroorganisme seperti fisiologi. Umumnya pengujian di lakuakn dengan :
a.       Mengenali gejala yang khas yang terjadi pada penyakit fisiologis.
b.      Adanya tanaman indicator yang mencirikan gejala tersebut dengan cukup spesifik.
c.       Pengamatan perubahan faktor lingkungan (iklim) sebelum dan sesudah munculnya gejala
d.      Pengujian laboratorium
v  Sumber atau bahan untuk di inokulasi = inokulum (cendaawan yang di inokulasi)
v  Proses pemasukkan penyakit pada tanaman sehat = inokulasi

Inokulasi yang akan di lakukan meliputi :
v  Penyemprotan :
Mikroorganisme pathogen di larutkan dalam aquades lalu di semprotkan [ada bagian bawah daun (bagian yang banayk menganandung stomata)
v  Penanaman
Bagian tanaman sehat dilukai/disayat (permukaan daun) lalu mikroorganisme di sisipkan.

            Untuk keperluan pekerjaan Postulat Koch perlu di ketahui sebelumnya cara – cara sterilisasi, pembuatan media biakan dan lain – lain. Demikian pula alat yabng di gunakan dalam mengisolasi mikroorganisme juga harus dalam keadaaan steril (bebaws dari jasad hidup).
           
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari jasd hidup dan dapat di kerjakan dengan bebagai macam cara :
  1. Sterilisasi secara fisik : suhu, tinggi, sinar dll.
  2. Sterilisasi dengan zat kimia : desinfektan, alcohol, formalin, sublimat dll.
  3. Sterilisasi secara mekanik : penyaringan/filtrasis

Bahan dan Alat
Autoklaf, tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, isolasi, entkas, jarum ose, kompor, media PDA (Potato Dekstrose Agar), aquadest, kapas, alumunium foil.

Cara Kerja
  1. Siapkan bahan untuk membuat PDA (kentang, sukrosa, dan agar) dalam 1 liter aquades.
  2. Panaskan di atas kompor sampai mendidih.
  3. Masukkan dalam erlenmeyer, tabung reaksi atau cawan petri tutup dengan kapas serta alumunium foil.
  4. Sterilisasi bahan di atas dalam autoklaf selama 30 menit pada tekanan 1.5 psi (1 – 2 jam).
  5. Setelah selesai simpan media dalam kulkas.

Cara Isolasi Penyakit
1.      Siapkan tanaman yang telah terkena penyakit kemudian cuci permukaan dengan mengusapkan kapas yang telah di basahi dengan alcohol terutama pada penyakit busuk basah.
2.      Pada penyakit dengan hifa yang terlihat dengan jelas, dapat secara langsung diambil dengan menggnakan jarum ose.
3.      Kemudian encerkan dengan aquadest sebanyak 5 ml dalam tabuing reaksi
4.      Kemudian suspensi tersebut di ambil dengan menggunakan ose, goreskan secara streak pada media agar, baik pada petridish maupun tabung reaksi. Cara kerja ini di lakukan dalam entkas.
5.      Lakukan pengamatan visual terhadap :
v  Bentuk permukaan
v  Bentuk koloni (pinggir / tepi)
v  Warna
v  Pengamatan secara mikroskopik (cendawan, hifa, spora)




Hasil dan Pembahasan
            Postulat Koch merupakan salah satu cara untuk menularkan penyakit dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat hal ini di lakukan untuk mengetahui gejala – gejala yang di timbulkan oleh penyakit yang di tularkan, hal ini di lakukan untuk mengatantisipasi serangan penyakit dengan demikian dapat mengurangi kemungkinan kerugian yang di derita petani karena gagal panen.
            Pada percobaan kali ini di gunakan kentang, cabai, dan wortel yang telah terkena serangan bakteri atau jamur yang busuk pada buah. Sebelumnya tahapan awal yang harus di lakukan Adela pembuatan media PDA (Potato Dektrose Agar) yaitu dengan bahan – bahan berupa kentang, aquadeslita, dan agar – agar. Potong kecil kentang dan timbang sesuai dengan yang di butuhkan kemudian rebus dengan menambahkan aquadestilata setelah air rebusan berubah menjadi kekuning – kuningan, angkat kemudian saring agar ampas dari kentang tidak terbawa setelah itu tambahkan dengan agar – agar dan PDA (Potato Dektrosa Agar) siap di masukkan ke dalam petridish. Namun sebelum di gunakan sebagai wadah untuk PDA (Potato Dektrosa Agar) petridish harus di masukkan ke dalam autoklaf. Autoklaf sendiri merupakan suatu alat untuk mensterilkan alat – alat yang akan di gunakan, alat ini menggunakan uap panas untuk membunuh mikroba – mikroba. Ke asaman dari PDA (Potato Dektrosa Agar) juga harus di perhatikan keasaman yang di anjurkan adalah 5 – 6 agar mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Setelah PDA (Potato Dektrosa Agar) di masukkan ke dalam petridish kemudian masukkan petridish ke dalam lemari es atau enkas agar tidak ada mikroorganise yang berkembang.
            Tahapan terakhir adalah dengan mengambil bagian dari kentang, cabai, atau wortel yang terlihat gejala terkena serangan mikroorganisme. Tahapan kerja berikut ini di lakukan dalam enkast, pertama – tama ambil kentang, cabai, dan wortel yang telah terkena serangan mikroorganisme. Setiap mahasiswa yang akan melakukan percobaan harus steril caranya dengan menyemprotkan alkohol ke tangan agar tangan menjadi steril. Gunakan jarum ose untuk mengambil bagian yang busuk tapi sebelumnya jarum ose harus di sterilkan terlebih dahulu yaitu dengan cara menyelupkan jarum ose ke dalam alkohol kemudian bakar kemudian ambil bagian yang busuk kemudian masukkan ke dalam aquades atau ke dalam PDA (Potato Dektrosa Agar) cara ini merupakan cara pembiakkan secara langsung sedangkan secara suspensi yaitu dengan menyelupkan jarum ose ke dalam aqudes yang telah di masukkan bagian yang busuk kemudian di oleskan ke dalam PDA (Potato Dektrosa Agar). Setelah satu minggu dan media PDA (Potatao Dekstrosa Agar) telah ditumbuhi jamur maka tahapan selanjutnya adalah mengambil jamur yang ada pada media dengan menggunakan jarum ose yang telah disterlikan kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan aquadestilata tahapan ini dikerjakan dalam enkas, kemudian siapkan lima tanaman kacang tanah yang sehat, dan siram tanaman kacang tanah yang sehat dengan aquadestilata yang telah dicampur dengan media yang telah ditumbuhi jamur penyakit, sisakan satu tanaman untuk disiram hanya dengan aquadestilata biasa sebagai kontrol.

Kesimpulan
            Postulat Koch sangat bermanfaat dalam memperbaiki kualitas maupun kuantitas hasil panen karena dengan Potulat Koch kita dapat mengetahui gejala – gejala yang di timbulkan oleh serangan penyakit sehingga kita dapat mengantisipasi lebih awal dan kemungkinan kerugian akibat gagal panen dapat di  perkecil. Postulat Koch adalah suatu ketentuan yang harus di lakukan untuk mengetahui apakah penyakit termasuk dalam biotic atau abiotik. Postulat Koch merupakan cara penularan dari tanaman yang terkena serangan penyakit ke tanaman yang sehat hingga dapat di ketahui berapa lama waktu yang di butuhkan oleh penyakit untuk menyebabkan tanaman menjadi rusak.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
v  Ir. Wayan Rawiniwati. MSi, dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. MSi, “ Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta 2010.









PENGENALAN PESTISIDA

Tujuan
            Mahasiswa mengetahui jenis dan bentuk pestisida dan mengetahui cara penggunaan pestisida yang tepat dan tidak merugikan lingkungan

Dasar Teori
            Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang palin pentig hal dalm pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, akan tetapi karena penggunannya tidak benar, maka penyemprotan akan sia – sia. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, adalah keadaaan angin, suhu udara, kelembaban dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan pengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu dibagian bawah lebih panas, pestisida akan bergerak ke atas. Demikian pula kelembaban yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedangkan curah hujan sering menyebabkan pencucian pestisida, sehingga daya kerja pestisida berkurang.
            Hal – hal tekhnis yang perlu diperhatkan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, disamping merusak lingkungan. Dosis yang trlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.

Alat dan bahan
      Berbagai macam pestisida dengan bahan aktif yang berbeda – beda.

Cara Kerja
1.      Sediakan berbagai macam pestisida dengan bahan aktif dan konsebtrasi yang berbeda – beda
2.      Amati label, bahan aktif, nama dagang, kegunaan, cara pengaplikasian pestisida, dan kemudian catat

Hasil
Terlampir
Pembahasan
          Dalam pengendalian hama penggunaan pestisida merupakan cara terkahir yang diambil karean penggunaan pestisida yang tidak sesuai dosis dapat merusak kesuburan tanah karena penggunaan pestisida memiliki nilai residu yang mengendap dalam tanah. Dosis merupakan jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap sartuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan pada satu aplikasiatau lebih. Adapula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau telah diencerkan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Pada pestisida tedapat label bewarna,kelas berbahaya, dan gambar yang menunjukkan tingkat bahaya dari pestisida tersebut.

Kesimpulan
            Symbol bahaya pada pestisida dimaksudkan untuk memperingati akan bahaya yang akan ditimbulkan bila pestisida tersbut temakan atau terhirup manusia. Untuk tingkatan sangat berbahaya sekali ditunjukkan oleh warna label cokelat tua atau termasuk dalam kelas Ia, untuk kelas berbahaya sekali ditunjukkan oleh warna label merah tua atau termasuk dalam kelas Ib, untuk tingkatan berbahaya ditunjukkan oleh warna kuning tua atau termasuk dalam kelas II, untuk tingkatan cukup berbahaya ditunjukkan oleh warna biru muda atau termasuk dalam kelas III,dan untuk kelas tidak berbahaya dalam pemakaian maximal ditunjukkan oleh warna hijua atau termasuk dalam kelas IV. Peringatan atau tanda bahaya ini dimaksudkan agar pengguna dapat mengetahui tingkat bahaya dari pestisida yang digunakan dan berhati – hati dalam penggunaannya. Pada pestisida juga terdapat penanggulangan pertama yang dapat dilakukan bila pestisida tersebut telah meracuni tubuh.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.


PERANGKAP LALAT BUAH (APLIKASI PHT)

Tujuan
            Mengetahui aplikasi cara pengendalian hama lalat buah pada tanaman.

Dasar Teori
            Pada komoditas pertanian yang sedang diusahakan, seringkali didapati hama atau organisme pengganggu tanaman, yang mempengaruhi terhadap hasil. Usaha pengendalian hama dan OPT tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, secara kimia maupun dengan pendekatan secara organik.
            Lalat buah banyak menyerang tanaman buah maupun sayur yang menghasilkan buah. Lalat buah tersebut dapat ditangkap dengan memasang alat perangkap.alat tersebut berupa botol minuman mineral yang mulutnya dibalik. Didalamnya diberi cairan yang meransgang lalat buah masuk kedalam botol. Cairan tersebut dapat digunakan dari berbagai macam bahan antara lain dari kulit jeruk atau kulit/daging mentimun dengan campuran urin, atau dapat dignakan bahan antraktan lain.

Alat dan Bahan


            Botol air mineral, tali rapai, kapas, poisau, cairan perangsang lalat buah, kertas karton kuning, minyak goreng, terasi.



Cara Kerja
1.      Potong bagian atas botol mineral dan masukkan ke dalam kembali namun dengan posisi terbalik.
2.      Basahi kapas dengan menggunakan cairan perangsang lalat buah, dan gantungkan dalam botol yang.
3.      Olesi kertas karon dengan menggunakan minyak kelapa terlebih dahulu, kemudian lumurkan dengan terasi.
4.      Gantungkan semua perangkap lalat buah dilahan.



Pembahasan
            Lalat buah merupakan hama peganggu tanaman, lalat buah menyerang pada buah dan menyebabkan buah menjadi rusak, tampak dari luar buah terlihat bagus dan tanpa cacat namun bila dibelah bagian dalam buah rusak dimakan ulat yang merupakan larva dari lalat buah. Pembuatan perangkap lalat buah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan populasi dari lalat buah, pada praktikum kali ini perangkap lalat buah dibuat dari dua bahan yang berbeda yaitu dengan menggunakan botol air mineral dan kertas karton. Pada perangkap yang terbuat dari botol air mineral digunakan cairan perangsang lalat buah sedangakan pada perangkap yang terbuat dari kertas karton digunakan terasi yang mempunyai bau yang menyengat sehingga lalat buah tertarik untuk hinggap. Pembuatan perangkap lalat buah dari kertas karton kuning, minyak goreng dioleskan pertama kali kemudian baru dioleskan kembali dengan terasi. Setelah itu perangkap siap digunakan dan diletakkan di lahan.

Kesimpulan
            Kertas karton kuning dipakai karena kertas karton kuning mempunyai warna yang mencolok sehingga lalat buah tertarik selain itu penggunaan terasi yang memilki bau menyengat juga dapat menarik perhatian lalat buah untuk hinggap pada perangkap. Minyak goreng berfungsi untuk perekat jika ada lalat buah yang hinggap. Pada perangkap yang terbuat dari botol, potongan botol dibalik sehingga mulut botol berada pada bagian bawah sehingga jika ada lalat buah yang masuk maka akan sulit untuk keluar.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.







PEMBUATAN JARING SERANGGA

Tujuan
            Mahasiswa dapat memahami fungsi dari jenis – jenis jarring serangga dan cara pembuatannya.

Dasar Teori
            Perangkap yang dipakai untuk menangkap serangga dapat kita buat sendiri karena mudah dan murah. Jarring serangga dibedakan menjadi tiga jenis :
a.       Jaring serangga udara ( Aerial net / Butterfly net )
Jarring ini digunakan untuk serangga yang terbang atau istirahat dipucuk – pucuk daun, khususnya kupu – kupu, ngengat, belalang, lalat, kumbang, capung dll.

b.      Jaring serangga darat ( Sweeping net / Beating net )
Jaring ini lebih cocok digunakan unutk mengkap nimfa, larva, atau serangga dewasa yang sedang makan atau istirahat pada semak – semak dan cabang pohon yang rendah.

c.       Jarring serangga akuatik ( Aquatik net )
Jaring akuatik cocok untuk menangkap serangga air di tempat terbuka atau penuh dengan vegetasi, di dalam lumpur dan pasir di dasar sungai atau kolam. Jaring akuatik ada 4 macam :
1.      Jarring serangga berbentuk U
2.      Jarring serangga berbentuk V
3.      Jarring serangga berbentuk D
4.      Jarring serangga berbentuk Bulat

Alat dan Bahan
1.      Kainn jaring serangga
2.      Kawat
3.      Alat pemotong
4.      Jarum dan benang
5.      Gunting
Cara Kerja
Buatlah jaring serangga yangyang berjenis:
1.      Udara
2.      Darat
3.      Akuatik

Hasil dan Pembahasan
            Pembuatan perangkap serangga kali ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah untuk mendapatkan serangga – serangga yang selanjutnya akan diawetkan, pengawetan itu sendiri dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis, morfologi dari serangga yang menyerang tanaman budidaya. Jaring serangga terbuat dari bahan kain yang selanjutnya dipotong sesuai dengan kawat yang dijadikan sebagai kerangga dari perangkap, sebelumnya kawat harus dibentuk lingkaran setelah itu potongan kain diletakkan pada kawat hingga menutupi semua bagian kawat kemudian jahit kain tersebut hingga semua bagian terjahit dengan rapat dan rapi. Jaring serangga ada tiga jenis yaitu jaring serangga darat, udara dan akuatik, jaring akuatik sendiri taerbagi menjadi emapat yaitu jarring serangga akuatik berbentuk U, V, D, dan bulat.

Kesimpulan
            Pembuatan jaring selain mudah juga sangat murah untuk dibuat sehingga dapat menghemat biaya dibandingkan harus membeli perangkap serangga yang telah dijual di toko - toko. Pembuatan jaring dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam mendapatkan serangga yang menyerang tanaman budidaya maupun serangga predator yang selanjutnya akan diawetkan sebagai koleksi.

Daftar Pustaka
v  Ir. Saptomo Setiawan dan Siti Fatimah Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tananaman ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar