Kamis, 29 November 2012


PEMBUATAN BRIKET ARANG SAMPAH ORGANIK

Dasar Teori
            Bila kita membakar daun, sampah, kayu di udara terbuka secara sempurna, artinya sampai api dan baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak bisa dibakar, meskipun kadang-kadang masih berwarna hitam dan agak keras sehingga disebut arang. Memang ada kerancuan istilah atau kosakata antara arang (abu hitam, yang sudah tak bisa dibakar), zat arang (C, atau karbon, kayu, sebagai bahan bakar) dan zat asam arang atau Oksigen (O2) berupa gas, terdapat sekitar 22% di udara bebas, berupa senyawa didalam bensin (C6H12O6), getah, ter dsb.
Reaksi kimia pembakaran kayu (C ) atau arang di udara bebas, oksigen diambil dari udara adalah: CO2 + Panas + abuàC + O2
            Masyarakat pedesaan biasa membuat arang untuk membakar sate, untuk anglo dsb. Caranya, kayu dibakar dalam ruang tertutup agar udara atau oksigen tidak bisa masuk. Selama pembakaran, asap dan api keluar menghalangi udara atau oksigen masuk. Yang terbakar adalah getah, ter dan senyawa lain di dalam kayu yang sudah mengandung Oksigen. Karena C sebagai unsur kayu murni tidak kebagian Oksigen, tidak bisa terbakar, maka pada akhir pembakaran ini diperoleh arang atau karbon murni. Atau biasanya disebut arang aktif yang sangat baik sebagai pengisap bau, gas, racun, pemurni air untuk akuarium air laut, penjernih air minum dsb.
            Sekarang minyak tanah makin sulit dan mahal, termasuk gas elpiji kadang-kadang sulit dicari, arang makin mahal, maka mari memanfaatkan sampah, rerumputan, daun kering, koran dan kertas bekas, ampas kelapa, kulit kacang dsb.
Briket merupakan bahan bakar padat yang menjadi bahan bakar alternative pengganti minyak tanah. Saat ini bahan untuk membuat briket tak hanya dari batu bara saja. Sampah organik pun juga bisa dimanfaatkan Salah satu produk "daur ulang" sampah itu adalah briket sampah.


            Briket yang satu ini memang terbuat dari sampah. Tapi sampah yang dipakai bukan sembarang sampah, melainkan sampah organik. Dedaunan, kulit kelapa, rating-ranting tumbuhan kecil. Sebutan briket sampah, selain mengacu pada bahan baku, juga untuk membedakan dengan briket batu bara yang sudah ada dikenal masyarakat sebelumnya.

Tujuan Praktikum
Ø  Memanfaatkan sampah organik agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar (briket).
Ø  Melatih kreativitas mahasiswa dalam membuat suatu produk daur ulang.


Alat dan Bahan

-        Arang sampah organik
-        Sagu
-        Arang sekam
-        Serbuk gergaji
-        Air
-        Alat pencetak briket
-        Dongkrak
-        Timbangan
-        Panci
-        Ayakan


Cara Kerja
1.      Bakar sampah organik hingga mendapatkan arang sampah yang tidak terlalu halus sebanyak 1 kg
2.      Formula I
a.    Rebus sagu sebanyak 62.5 gram dengan air sebanyak 400 ml hingga mengental
b.    Tambahkan arang sampah organik sebanyak 500 gram ke dalam sagu yang telah mengental
c.    Aduk menggunakan tangan hingga sagu dan arang sekam tercampur merata
d.   Cetak menggunakan pencetak, tekan dengan tangan hingga padat
3.      Formula II
a.    Rebus sagu sebanyak 250 gram dengan air sebanyak 700 ml hingga mengental
b.    Tambahkan arang sampah organik sebanyak 500 gram dan serbuk gergaji sebanyak 500 gram ke dalam sagu yang telah mengental
c.    Aduk menggunakan tangan hingga sagu dan arang sekam tercampur merata
d.   Cetak menggunakan pencetak, tekan dengan tangan hingga padat
4.      Formula III
a.       Rebus sagu sebanyak 180 gram dengan air sebanyak 600 ml hingga mengental
b.      Tambahkan arang sampah organik sebanyak 400 gram dan arang sekam sebanyak 400 gram ke dalam sagu yang telah mengental
c.       Aduk menggunakan tangan hingga sagu dan arang sekam tercampur merata
b. Cetak menggunakan pencetak, tekan dengan menggunakan dongkrak hingga padat

Hasil dan Pembahasan
          Permasalahan sampah adalah permasalahan yang paling krusial saat ini, begitu banyak sampah rumah tangga yang dihasilkan sehingga menjadi permasalahan tersendiri, untuk sampah organik sudah banyak dapat diolah menjadi pupuk kompos dan dan smpah – sampah non orgnik seperti plastik sudah dapat diolah menjadi kerajinan tangan yang mempunyai nilai jual. Selain dijadikan pupuk organik ternyata sampah organik juga dapat dijadikan briket.
            Pembuatan briket dari sampah organik tidaklah terlalu sulit bahan – bahan yang diperlukan sangat mudah untuk didapatkan seperti sampah organik (daun dan ranting – ranting kecil pohon), sagu, arang sekam, dan serbuk gergaji. Pada percobaan kali ini di buat tiga formula yang berbeda dalam pembuatan briket arang sampah, formula I menggunakan 62, 5 gram sagu, 400 ml air dan 500 gram arang samaph organik, formula II menggunakan 250 gram sagu, 700 ml air, 500 gram serbuk gergaji dan 500 gram arang sampah organik, formula III 180 gram sagu, 600 ml air, 400 gram arang  samaph organik dan 400 gram arang sekam.
            Untuk cara pembuatan dari ke tiga formula tersebut sama, pertama rebus sagu dengan air hingga sagu mengental dan pada saat masih panas campurkan dengan arang sampah organik, serbuk gergaji dan arang sekam aduk hingga semua bahan tercampaur, untuk pencetakan digunakan besi besi yang berbentuk lingkaran formula I dan II pada saat pencetakan dipadatkan dengan tangan hingga bahan padat sedangklan formula III pada saat pencetakan proses pemadatan dibantu dengan dongkrak, setelah selesai dicetak bahan briket sampah organik di oven selama 24 jam dengan suhu 80oC.

Kesimpulan
          Untuk menghasilkan briket arang samaph organik yang berkualitas bagus diusahakan pada saat pembakaran sampah organik usahakan sampah organik terbakar secara merata dan hanya menjadi arang jangan sampai telalu halus / menjadi abu. Briket sampah organik merupakan bahan bakar alternative pengganti minyak tanah maupun gas dan prospek usaha briket sampah organik sanagt cerah dikarenakan cara cara pembuatannya yang mudah dan biaya pembuatannya yang relative murah sehingga briket sampah organik dapat di jual dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Rabu, 25 Juli 2012

PENGARUH TARAF PEMBERIAN GARAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG

pengaruh taraf pemberian garam terhadap pertumbuhan tanaman kangkung

Dasar Teori
Tanah merupakan sistem hidup yang dapat mengolah pupuk anorganik yang diberikan menjadi bentuk tersedia atau tidak tersedia bagi tanaman. Kunci proses tersebut adalah bahan organik tanah yang berperan sebagai penyangga biologi, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang kemampuannya untuk menyangga pupuk, sehingga efisiensi pupuk berkurang karena sebagian besar pupuk hilang dari lingkungan perakaran.
Bahan organik tanah seperti yang didefinisikan oleh Stevensen dan Merez (1982), adalah semua senyawa dalam tanah termasuk jaringan tanaman dan hewan, produk – produk dekomposisinya seperti sisa – sisa organik dan biomassa tanah (biomassa mikroba). Jenkinson dan Raynor (1977), menggambarkan lima fraksi dari bahan organik dan senyawa – senyawa setengah umur mereka dalam tanah, yaitu :
1.         Sisa – sisa bahan segar dari tanaman dan hewan : 0,17 tahun.
2.         Lignin dari penambahan bahan organik sebelumnya : 2,3 tahun.
3.         Material yang terserap oleh koloid tanah : 50 tahun.
4.         Humus tua : 2,0 tahun.
5.         Biomassa tanah (sel – sel mikroorganisme dengan hasil metaboliknya) : 1,7 tahun.
Menurut Hardjowigeno (1997), bahan organik dapat memeperbaiki sifat – sifat tanah. Bahan – bahan organik pada umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat – sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan terhadap sifat – sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1.         Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
2.         Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain – lain.
3.         Sumber energi bagi mikroorganisme.
4.         Menambah tanah untuk menahan air.
5.         Mengurangi fiksasi P oleh oksida – oksida besi dan Al melalui senyawa kompleks.
6.         Sebagai chelating agent, yaitu menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur – unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi).
           Sifat fisik tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena produksi tanaman tidak tergantung pada unsur hara tetapi ditentukan juga oleh ketersediaan air dan udara di dalam tanah. Hubungan air dan udara tanah berpengaruh terhadap perkembangan akar, proses biologi dan kimia. Proses tersebut akan berlangsung baik apabila pada kondisi optimum. Salah satu usaha perbaikan sifat fisik tanah adalah pemberian bahan organik.
           Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, maka pengelolaan kesuburan tanah harus dilakukan secara terpadu dimana pupuk anorganik dengan takaran berdasarkan uji tanah dikombinasikan dengan pemupukkan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan hara terpadu dapat meningkat produksi secara berkelanjutan.
Tanaman kangkung diduga berasal dari daerah tropis, terutama di kawasan Afrika dan Asia. Sebagian besar kangkung tumbuh di Asia terutama di sebelah selatan dan timur, termasuk Malaysia, Burma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan beberapa kota di Afrika.
Kedudukan tanaman kangkung dalam tata nama (sistematika) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
            Divisio             : Spermatophyta
            Sub Divisio     : Angiospermae
            Kelas               : Dicotyledoneae
            Famili              : Convolvulaceae
            Genus              : Ipomea
            Spesies            : Ipomea reptans poir (kangkung darat).
Menurut Rukmana (1994), kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku – buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang – lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar ke semua arah. Tangkai dan melekat pada buku – buku batang dan diketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun pada umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Tujuan
          Mengetahui pengaruh pemberian garam terhadap pertumbuhan kangkung

Alat dan Bahan

Ø  Ember
Ø  Paralon
Ø  Gelas ukur
Ø  Timbangan analitik
Ø  Tanah
Ø  Garam
Ø  Air


D. Cara Kerja
1.        Siapkan paralon yang telah dilobangi, tanah, dan garam
2.        Masukkan tanah dalam paralon, jangan terlalu padat
3.        Letakkan paralon yang telah berisi tanah kedalam emb
4.        Masukkan air yang telah dicampur garam kedalam ember sesuai dengan perlakuan :
a.    G0 = 1.5 liter air tanpa garam (kontrol)
b.    G1 = 1.5 liter air + 4.5 gram garam
c.    G2 = 1.5 liter air + 6 gram garam
d.   G3 = 1.5 liter air + 7.5 gram garam
e.    G4 = 1.5 liter air + 9 gram garam
5.         Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
6.         Tanam benih kangkung pada tiap polibag sebanyak 5 benih
7.         Metode penelitian pada percobaan ini menggunakan RAK faktorial.
8.         Lakukanlah pengamatan pada tiap minggu dengan parameter :
a.    Tinggi tanaman.
b.    Jumlah daun.
c.    Panjang daun.
9.         Timbanglah berat basah dan berat kering tanaman pada akhir percobaan.

Hasil dan Pembahasan
Tinggi Tanaman
kelompok
Perlakuan
Total
1
2
3
G0
12,74
18,9
21,43
53,07
G1
8,69
16,59
20,17
45,45
G2
9,99
15,09
19,35
44,43
G3
9,38
13,45
16,75
39,58
G4
7,45
12,81
15,12
35,38
Total
48,25
76,84
92,82
217,91
FK = (217,91)2 = 3.165,65
            5.3
JKT = (12,742 + 18,92 + 21,432 + . . . + 15,122) – 3.165,65 = 270,28
JKP = (48,252 + 76,842 + 92,822) – 3.165,65 = 203,95
                              5
JKK = (53,072 + 45,45 + 44,432 + 39,482 + 35,382) – 3.165,65 = 56,54
                                           3
JKG = 270,28 – 203,95 – 56,54 = 9,79

ANOVA
sk
db
jk
kt
F. Hitung
F. Tabel
5%
10%
Kelompok
4
56,54
14,14
7.48
Perlakuan
2
203,95
101,98
53.96
Galat
8
9,79
 1.89
db kelompok   = 5 – 1 = 4
db perlakuan   = 3 – 1 = 2
db galat           = 4 . 2 = 8
Jumlah Daun
Kelompok
Perlakuan
Total
1
2
3
G0
3,8
5,13
4,33
13,26
G1
3,44
4,44
4,08
11,96
G2
3,17
4,58
4,67
12,42
G3
3,67
4,33
3,17
11,17
G4
4
4,33
3,92
12,25
Total
18,08
22,81
20,17
61,06
FK = (61,06)2 = 248,56
             5.3
JKT = (3,82 + 5,132 + 4,33 2 + . . . + 3,922) – 248,56 = 4,36
JKP = (18,082 + 22,812 + 20,172) – 248,56 = 2,24
                              5
JKK = (13,262 + 11,96 + 12,422 + 11,172 + 12,252) – 248,56 = 0,78
                                           3
JKG = 4,36 – 2,24 – 0,78 = 1,34
ANOVA
sk
db
jk
kt
F. Hitung
F. Tabel
5%
10%
Kelompok
4
4,36
1,09
6,41
Perlakuan
2
2,24
1,12
6,59
Galat
8
1,34
0,17
db kelompok   = 5 – 1 = 4
db perlakuan   = 3 – 1 = 2
db galat           = 4 . 2 = 8
Berat Tanaman
Perlakuan
Berat Tanaman
Basah
Kering
G0
7,06
4,37
G1
3,23
6,24
G2
3,44
2,8
G3
3,98
2,25
G4
2,01
0,96

            Pada praktikum kali ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian kadar garam terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, pada praktikum kali ini di buat 5 perlakuan dan terdapat 3 ulangan pada setiap perlakuan. Perlakuan pertama G0 sebagai kontrol, G1 kadar garam 4.5 gram garam dalam 1.5 liter air, G2 kadar garam 6 gram dalam 1.5 liter air, G3 kadar garam 7.5 gram dalam 1.5 liter air, G4 kadar garam 9 gram dalam 1.5 liter air. Siapkan paralon yang telah dilubangi bagian sampingnya kemudian masukkan tanah kedalam paralon namun jangan terlalu padat agar air dapat meresap dengan maksimal dan akar tanaman kangkung dapat menembus tanah dengan maksimal, masukkan paralon yang telah berisi tanah kedalam ember, letakkan benih kangkung kedalam paralon masing – masing 5 buah benih kemudian siram.
Satu minggu setelah penanaman tanaman kangkung telah tumbuh baru dapat dilakukan perlakuan dengan cara menuangkan campuran air dan garam sesuai perlakuakn ke dalam ember. Pada pengamatan minggu pertama tanaman kangkung yang hidup berada pada kisaran 3 – 4 tanaman dengan tinggi tanaman antar 3.5 cm – 11 cm, dan jumlah daun yang telah tumbuh pada semua tanaman sebanyak 2 helai daun. Pada pengamatan ke dua kangkung dapat tumbuh secara normal baik pada kontrol maupun pada air yang telah dicampur dengan garam hal ini ditandai dengan tinggi tanaman yang semakin bertambah dan jumlah daun yang bertambah pula tanpa ada tanaman yang mati maupun kekeringan. Pada pengamatan terakhir pertumbuhan kangkung juga dalam keadaan normal tinggi tanaman kangkung terus bertambah dan jumlah daun pun juga bertambah. Pada pengamatan terakhir dilakukan pengeringan semua kangkung hal ini di maksudkan unutk mengetahui kandungan air pada kangkung pada setiap perlakuan yang diberikan. Tanaman kangkung seluruhnya di panen dan dipisahkan berdasarkan perlakuan yang diberikan setelah itu di timabng untuk diketahui berat basahnya, untuk mengetahui berat kering kangkung dilakukan pengovenan selama 5 jam dengan kisaran suhu antar 80 – 900 C, setelah 5 jam pengovenan kangkung dikeluarkan dan ditimbang untuk mengetahui berapa berat kering pada tanaman kangkung

Kesimpulan
          Pada percobaan kali ini tanaman kangkung tumbuh cukup baik dan tidak ada tanaman kangkung yang mengalami kekeringan maupun mati selam 3 minggu pengamatan. Namun kandungan garam yang berikan memberikan dampak pada berat dari kangkung, semakin tinggi konsentrasi garam yang diberikan maka berat kangkung akan semakin berkurang. Dapat disimpulkan bahwa tanaman kangkung dapat bertahan hidup pada kadar air garam hingga 9 gram dalam 1,5 liter air, meski tidak dapat tumbuh secara optimal namun masih dapat bertahan hidup dan tumbuh.