Rabu, 25 Juli 2012

PENGARUH TARAF PEMBERIAN GARAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG

pengaruh taraf pemberian garam terhadap pertumbuhan tanaman kangkung

Dasar Teori
Tanah merupakan sistem hidup yang dapat mengolah pupuk anorganik yang diberikan menjadi bentuk tersedia atau tidak tersedia bagi tanaman. Kunci proses tersebut adalah bahan organik tanah yang berperan sebagai penyangga biologi, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang kemampuannya untuk menyangga pupuk, sehingga efisiensi pupuk berkurang karena sebagian besar pupuk hilang dari lingkungan perakaran.
Bahan organik tanah seperti yang didefinisikan oleh Stevensen dan Merez (1982), adalah semua senyawa dalam tanah termasuk jaringan tanaman dan hewan, produk – produk dekomposisinya seperti sisa – sisa organik dan biomassa tanah (biomassa mikroba). Jenkinson dan Raynor (1977), menggambarkan lima fraksi dari bahan organik dan senyawa – senyawa setengah umur mereka dalam tanah, yaitu :
1.         Sisa – sisa bahan segar dari tanaman dan hewan : 0,17 tahun.
2.         Lignin dari penambahan bahan organik sebelumnya : 2,3 tahun.
3.         Material yang terserap oleh koloid tanah : 50 tahun.
4.         Humus tua : 2,0 tahun.
5.         Biomassa tanah (sel – sel mikroorganisme dengan hasil metaboliknya) : 1,7 tahun.
Menurut Hardjowigeno (1997), bahan organik dapat memeperbaiki sifat – sifat tanah. Bahan – bahan organik pada umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat – sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan terhadap sifat – sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1.         Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
2.         Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain – lain.
3.         Sumber energi bagi mikroorganisme.
4.         Menambah tanah untuk menahan air.
5.         Mengurangi fiksasi P oleh oksida – oksida besi dan Al melalui senyawa kompleks.
6.         Sebagai chelating agent, yaitu menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur – unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi).
           Sifat fisik tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena produksi tanaman tidak tergantung pada unsur hara tetapi ditentukan juga oleh ketersediaan air dan udara di dalam tanah. Hubungan air dan udara tanah berpengaruh terhadap perkembangan akar, proses biologi dan kimia. Proses tersebut akan berlangsung baik apabila pada kondisi optimum. Salah satu usaha perbaikan sifat fisik tanah adalah pemberian bahan organik.
           Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, maka pengelolaan kesuburan tanah harus dilakukan secara terpadu dimana pupuk anorganik dengan takaran berdasarkan uji tanah dikombinasikan dengan pemupukkan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan hara terpadu dapat meningkat produksi secara berkelanjutan.
Tanaman kangkung diduga berasal dari daerah tropis, terutama di kawasan Afrika dan Asia. Sebagian besar kangkung tumbuh di Asia terutama di sebelah selatan dan timur, termasuk Malaysia, Burma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan beberapa kota di Afrika.
Kedudukan tanaman kangkung dalam tata nama (sistematika) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
            Divisio             : Spermatophyta
            Sub Divisio     : Angiospermae
            Kelas               : Dicotyledoneae
            Famili              : Convolvulaceae
            Genus              : Ipomea
            Spesies            : Ipomea reptans poir (kangkung darat).
Menurut Rukmana (1994), kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku – buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang – lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar ke semua arah. Tangkai dan melekat pada buku – buku batang dan diketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun pada umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Tujuan
          Mengetahui pengaruh pemberian garam terhadap pertumbuhan kangkung

Alat dan Bahan

Ø  Ember
Ø  Paralon
Ø  Gelas ukur
Ø  Timbangan analitik
Ø  Tanah
Ø  Garam
Ø  Air


D. Cara Kerja
1.        Siapkan paralon yang telah dilobangi, tanah, dan garam
2.        Masukkan tanah dalam paralon, jangan terlalu padat
3.        Letakkan paralon yang telah berisi tanah kedalam emb
4.        Masukkan air yang telah dicampur garam kedalam ember sesuai dengan perlakuan :
a.    G0 = 1.5 liter air tanpa garam (kontrol)
b.    G1 = 1.5 liter air + 4.5 gram garam
c.    G2 = 1.5 liter air + 6 gram garam
d.   G3 = 1.5 liter air + 7.5 gram garam
e.    G4 = 1.5 liter air + 9 gram garam
5.         Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
6.         Tanam benih kangkung pada tiap polibag sebanyak 5 benih
7.         Metode penelitian pada percobaan ini menggunakan RAK faktorial.
8.         Lakukanlah pengamatan pada tiap minggu dengan parameter :
a.    Tinggi tanaman.
b.    Jumlah daun.
c.    Panjang daun.
9.         Timbanglah berat basah dan berat kering tanaman pada akhir percobaan.

Hasil dan Pembahasan
Tinggi Tanaman
kelompok
Perlakuan
Total
1
2
3
G0
12,74
18,9
21,43
53,07
G1
8,69
16,59
20,17
45,45
G2
9,99
15,09
19,35
44,43
G3
9,38
13,45
16,75
39,58
G4
7,45
12,81
15,12
35,38
Total
48,25
76,84
92,82
217,91
FK = (217,91)2 = 3.165,65
            5.3
JKT = (12,742 + 18,92 + 21,432 + . . . + 15,122) – 3.165,65 = 270,28
JKP = (48,252 + 76,842 + 92,822) – 3.165,65 = 203,95
                              5
JKK = (53,072 + 45,45 + 44,432 + 39,482 + 35,382) – 3.165,65 = 56,54
                                           3
JKG = 270,28 – 203,95 – 56,54 = 9,79

ANOVA
sk
db
jk
kt
F. Hitung
F. Tabel
5%
10%
Kelompok
4
56,54
14,14
7.48
Perlakuan
2
203,95
101,98
53.96
Galat
8
9,79
 1.89
db kelompok   = 5 – 1 = 4
db perlakuan   = 3 – 1 = 2
db galat           = 4 . 2 = 8
Jumlah Daun
Kelompok
Perlakuan
Total
1
2
3
G0
3,8
5,13
4,33
13,26
G1
3,44
4,44
4,08
11,96
G2
3,17
4,58
4,67
12,42
G3
3,67
4,33
3,17
11,17
G4
4
4,33
3,92
12,25
Total
18,08
22,81
20,17
61,06
FK = (61,06)2 = 248,56
             5.3
JKT = (3,82 + 5,132 + 4,33 2 + . . . + 3,922) – 248,56 = 4,36
JKP = (18,082 + 22,812 + 20,172) – 248,56 = 2,24
                              5
JKK = (13,262 + 11,96 + 12,422 + 11,172 + 12,252) – 248,56 = 0,78
                                           3
JKG = 4,36 – 2,24 – 0,78 = 1,34
ANOVA
sk
db
jk
kt
F. Hitung
F. Tabel
5%
10%
Kelompok
4
4,36
1,09
6,41
Perlakuan
2
2,24
1,12
6,59
Galat
8
1,34
0,17
db kelompok   = 5 – 1 = 4
db perlakuan   = 3 – 1 = 2
db galat           = 4 . 2 = 8
Berat Tanaman
Perlakuan
Berat Tanaman
Basah
Kering
G0
7,06
4,37
G1
3,23
6,24
G2
3,44
2,8
G3
3,98
2,25
G4
2,01
0,96

            Pada praktikum kali ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian kadar garam terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, pada praktikum kali ini di buat 5 perlakuan dan terdapat 3 ulangan pada setiap perlakuan. Perlakuan pertama G0 sebagai kontrol, G1 kadar garam 4.5 gram garam dalam 1.5 liter air, G2 kadar garam 6 gram dalam 1.5 liter air, G3 kadar garam 7.5 gram dalam 1.5 liter air, G4 kadar garam 9 gram dalam 1.5 liter air. Siapkan paralon yang telah dilubangi bagian sampingnya kemudian masukkan tanah kedalam paralon namun jangan terlalu padat agar air dapat meresap dengan maksimal dan akar tanaman kangkung dapat menembus tanah dengan maksimal, masukkan paralon yang telah berisi tanah kedalam ember, letakkan benih kangkung kedalam paralon masing – masing 5 buah benih kemudian siram.
Satu minggu setelah penanaman tanaman kangkung telah tumbuh baru dapat dilakukan perlakuan dengan cara menuangkan campuran air dan garam sesuai perlakuakn ke dalam ember. Pada pengamatan minggu pertama tanaman kangkung yang hidup berada pada kisaran 3 – 4 tanaman dengan tinggi tanaman antar 3.5 cm – 11 cm, dan jumlah daun yang telah tumbuh pada semua tanaman sebanyak 2 helai daun. Pada pengamatan ke dua kangkung dapat tumbuh secara normal baik pada kontrol maupun pada air yang telah dicampur dengan garam hal ini ditandai dengan tinggi tanaman yang semakin bertambah dan jumlah daun yang bertambah pula tanpa ada tanaman yang mati maupun kekeringan. Pada pengamatan terakhir pertumbuhan kangkung juga dalam keadaan normal tinggi tanaman kangkung terus bertambah dan jumlah daun pun juga bertambah. Pada pengamatan terakhir dilakukan pengeringan semua kangkung hal ini di maksudkan unutk mengetahui kandungan air pada kangkung pada setiap perlakuan yang diberikan. Tanaman kangkung seluruhnya di panen dan dipisahkan berdasarkan perlakuan yang diberikan setelah itu di timabng untuk diketahui berat basahnya, untuk mengetahui berat kering kangkung dilakukan pengovenan selama 5 jam dengan kisaran suhu antar 80 – 900 C, setelah 5 jam pengovenan kangkung dikeluarkan dan ditimbang untuk mengetahui berapa berat kering pada tanaman kangkung

Kesimpulan
          Pada percobaan kali ini tanaman kangkung tumbuh cukup baik dan tidak ada tanaman kangkung yang mengalami kekeringan maupun mati selam 3 minggu pengamatan. Namun kandungan garam yang berikan memberikan dampak pada berat dari kangkung, semakin tinggi konsentrasi garam yang diberikan maka berat kangkung akan semakin berkurang. Dapat disimpulkan bahwa tanaman kangkung dapat bertahan hidup pada kadar air garam hingga 9 gram dalam 1,5 liter air, meski tidak dapat tumbuh secara optimal namun masih dapat bertahan hidup dan tumbuh.

Senin, 23 Juli 2012

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH


PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Tujuan
Tujuan dari pengujian kemurnian benih ialah untuk mengetahui komposisi dari contoh benih yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih darimana contoh itu diambil dengan cara – cara yang sudah ditentukan.

Dasar Teori
Pada prinsipnya pengujian kemurnian benih di laboratorium adalah melakukan analisa kemurnian fisik  ( berdasarkan identitas yang pernah ditetapkan ) dengan jalan memisahkan contoh benih dalam tiga komponen yaitu : komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih.
Tanaman Pertanian
Meliputi jenis kultivar / yang diusahakan menurut ketentuan yang berlaku.
Jenis / kultivar yang dianggap sebagai benih murni
Meliputi semua biji – bijian dari suatu jenis / kultivar seperti termaksud, yang beratnya lebih dari 5 % dari berat keseluruhan. Dalam keadaan tertentu jenis / kultivar yang beratnya sama atau kurang dari 5 % dari keseluruhannya dapat dianggap sebagai benih murni, misalnya jenis / kultivar yang dicantumkan dalam label sebagai benih campuran yang beratnya 5 % atau kurang.
a.       Biji muda mengkerut, belah dan rusak
b.      Pecah biji dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran aslinya. Dalam hal ini dikenal biji – biji dari Leguminosae, Crusifarea, dan Corifarea, apabila kulit bijinya lepas seluruhnya dianggap sebagai kotoran benih
c.       Biji yang terserang penyakit tetapi apabila bentuknya berubah menjadi Sclerotia atau Smut Balls.
d.      Biji yang telah mulai tumbuh.
e.       Biji dari Cucurbitaceae dan Solanaceae yang terdiri dari kulit biji saja dimana digolongkan pada biji hampa.
f.        Buah hampa ( seed unit ) dari spesies yang termasuk famili seperti di bawah ini  :
1.      Bunga matahari ( Compositae )
2.      Buck Wheat ( Poligonaceae )
3.      Wortel ( Umbiliferae )
4.      Valerian ( Valeriaceae )
5.      Mint ( Labiate )
g.      Semua biji dari rerumputan dimana caryopsis mempunyai endosperma yang berkembang baik yang dapat diketahui  dengan cara ditekan atau diperiksa dengan sinar.
h.      Floret majemuk dan spikelet dari biji seperti tersebut di bawah ini, dimana salah satu atau lebih dari floret tersebut berisi caryopsis, seperti Poapratensis, ( blue grass ), Arrhenatherum elatius, Chloris gayana, Andropogon, Boutolouna, Avena, Hordeum, Dactylis glomerata.

Benih Tanaman Lain
Meliputi biji dari tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis / kultivar yang namanya ditentukan pada label.

Kotoran Benih
Meliputi biji dan semua biji dari tanaman pertanian dan rerumputan dan bahan – bahan
a.       Bahan semacam biji dari bahan tanaman lain
-          pecahan biji dengan ukuran sama atau kurang dari ½  ukuran asli
-          biji dari leguminosae dan conifera tanpa kulit biji
b.      Bahan yang merupakan bagian dari biji tetapi tidak termsuk benih murni :
-          biji rusak tanpa lembaga
-          “glumes” atau floreat tanpa lembaga atau endosperm ( biji yang terbentuk belum sempurna ).
c.       Bahan lain yang bukan merupakan bagian dari biji seperti tanah, pasir, batu, batang jerami, nematoda galls dan cendawan.

Bahan dan Alat
1.      Beberapa contoh benih
2.      Spatula
3.      Timbanagan
4.      Cawan petri

Cara Pelaksanaan Pengujian
Contoh Kerja
Berat minimum contoh kerja seperti yang telah ditetapkan dengan beberapa perkecualian seperti diterangkan dalam bab pengambilan contoh benih. Contoh kerja ditimbang dalam satuan gram  dengan tingkat ketelitian sbb :
Berat contoh kerja ( gram )
Jumlah desimal
1
4
1,9 – 9,999
3
10 – 99,9
2
100 – 999,9
1
1000 atau lebih
0

Analis
Analisa kemurnian adalah analisa tunggal. Apabila hendak melakukan analisa ganda maka digunakan 2 x ½ contoh kerja masing – masing diambil secara terpisah.

Pemisahan Komponen
Contoh kerja dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu :
1.      Benih murni
2.      Benih tanaman lain
3.      Kotoran benih
Ketiga komponen tersebut masing – masing ditimbang dalam satuan gram dngan tingkat ketelitian sama dengan contoh kerja.

Perhitungan
  1. Berat contoh kerja kurang dari 25 gram, persentase berat dari masing – masing komponen dihitung terhadap total berat semua komponen dan bukan terhadap berat awal contoh kerja. Meskipun demikian, total berat tersebut harus dibandingkan dengan berat awal untuk mengecek adanya kehilangan atau kesalahan lain ( toleransi 1 % ).
  2. Berat contoh kerja lebih besar 25 gram, persentase berat benih tanaman lain, dan kotoran benih dihitung terhadap berat awal contoh kerja. Komponen berat benih murninya tidak perlu ditimbang tapi dihitung dengan mengurangi angka 100 % dengan jumlah persentase berat kedua komponen lainnya.

Hasil dan Pembahasan
Pengujian kemurnian benih kedelai hitam
Berat tanaman lain      : 1 gram
Berat murni                 : 27 gram
Kotoran benih             : 2 gram
Berat contoh kerja       : 30 gram

Perhitungan
Pengujian kemurnian benih kedelai hitam
Berat tanaman lain      x  100              =          1  gr     x          100%               =  3.33 %
Berat contoh kerja                                           30 gr

Kotoran benih             x  100              =          2  gr     x          100%               =  6.67 %
Berat contoh kerja                                           27 gr

Berat murni = 100%  - (3.33 % + 6.67 %)     =  100 %  -  10 %                   =  90 % 

            Untuk melakukan pengujian kemurnian benih perlu diketahui dahulu berat keseluruhan contoh kerja. Hal ini bertujuan agar dapat mengklasifikasikan cara seperti apa yang dipakai pada saat penghitungan kemurnian benih. Setelah menimbang berat conth kerja maka dapat diklasifikasikan berat contoh kerja yang beratnya lebih dari 25 gram dan kurang dari 25 gram.
            Untuk penghitungan berat benih yang kurang dari 25 gram, persentase masing – masing komponen dihitung terhadap total berat semua komponen dan bukan terhadap berat awal contoh kerja sedangkan untuk berat benih yang lebih dari 25 gram, persentase berat benih tanaman lain, dan kotoran benih di hitung terhadap awal contoh kerja. Pada praktikum kali ini benih yang di gunakan adalah benih kedelai hitam dengan berat lebih dari 25 gram di mana berat benih tanaman lain mencapai 1 gram dengan persentase 3.33 % dan berat kotoran lain mencapai 2 gram dengan persentase 6.67 % dan hasilakhir menunjukkan bahwa berat murni benih hanya mencapai 90 %.

Kesimpulan
            Dari hasil praktikum dapat di ambil kesimpulan banwa benih kedelai hitam yang di gunakan dalam praktikum tidak memenuhi syarat karena berat murni benih kurang dari 98 %. Karena terlalu banayak kotoran benih dan benih dari tanaman lain menyebabkan berat murni benih berkurang dan tidak memenuhi persyaratan benih yang berkualitas baik.

Daftar Pustaka
v  Ir. Etty Hesthiati, M. Si, Darmawan Tri Wibowo, SP, James Arman Barata “Pedoman Praktikum Teknologi Benih” Fakultas Pertanian Universitas Nasional 2010.